18 Maret 2011

Di manakah posisi Jembatan Baturusa II?

Saya belum tahu di mana persisnya. Kalau Jembatan Baturusa III saya pernah kesana dan sudah menuliskannya pada trip report yang sudah pernah saya post sebelumnya.
Saya heran juga sebelah mana lagi jembatan itu akan dibangun. Menurut berita, sisi Pangkal pinang sudah mulai proses memasang tiang pancang (14/3/2011). Menurut saya sebagai orang awam, belumkah cukup tiga jembatan sebelumnya?

Lihat Peta Lebih Besar

Memang, jika dilihat dari atas via satelit, karakter Sungai Baturusa yang berkelok-kelok memaksa harus demikian. Tapi dari jembatan terakhir, yaitu Baturusa III, sepertinya sudah cukup untuk menghubungkan kedua daerah yang terpisahkan sungai tersebut. Lantas sebelah mana lagi?



Jembatan Baturusa III
Lucunya lagi, kenapa Baturusa III dulu yang dibangun baru kemudian baru Baturusa II yang sampai tulisan ini dibuat baru proses tiang pancang di satu sisi jembatan.
Gambar dari Bangka Pos
Proyek ini dikerjakan oleh PT. PP (persero), sebuah BUMN yang bergerak dibidang konstruksi. Jembatan Baturusa II merupakan jembatan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia, memanfaatkan teknologi dari Eropa yang dikenal dengan teknologi Bascule atau sistem buka tutup yang bisa dilalui oleh kapal-kapal muatan besar dimana kedua penghubung jembatan dapat dinaikan keatas secara otomatis.
Sebelumnya, dalam hal pembangunan jembatan PT PP juga berpengalaman dalam pembangunan Jembatan Cablestayed pertama di Indonesia, yaitu Jembatan Balerang (Batam Tonton).
Jembatan Baturusa II memiliki total panjang 784,5 meter ; lebar 23,2 meter untuk empat lajur dengan bentang tengah (main span) merupakan struktur bascule dan struktur cable stay pada kedua sisinya. Jembatan ini nantinya akan menjadi landmark bagi propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Jembatan sistem Bascule
Jembatan Baturusa II adalah proyek pertama kali dari PT Wijaya karya Beton, selaku pemasok beton pada proyek ini, dimana merupakan pembuktian produksi dan suplai produk Tiang Pancang diameter 1000 mm (1 meter), dan proyek tersebutlah menjadi proyek perdana tiang pancang diameter 1000 mm.
Kira-kira seperti ini nantinya Jembatan Baturusa II

17 Maret 2011

Output Power USB port

Dulu saya sempat bertanya-tanya, berapa sih output power USB Port?

Ini menyangkut keamanan Gadget yang saya miliki, karena di buku petunjuknya, memang diperbolehkan meng-charge telepon genggam pada komputer dengan menggunakan USB port.

Ternyata output powernya adalah sebesar 5 volt dengan arus 0,5A atau 500mA, tentu saja dengan selisih lebih banyak maupun lebih sedikit yang tidak terlalu banyak. Maksudnya tidak persis 500mA tapi bisa +50mA lebih besar atau -50mA lebih kecil.

Itulah mengapa waktu yang dibutuhkan untuk meng-charge baterai telepon genggam saya jauh lebih lama daripada dengan power listrik PLN, karena output alat charge bawaan Sony Ericsson X10 Mini Pro output powernya sama-sama 5 volt tapi dengan arus 800mA.

Kabel USB memiliki 4 kabel kecil di dalamnya.
Kabel Merah, Putih, Hijau dan Hitam.
Sumber arus positif (+) pada kabel USB ada pada kabel merah. Kabel hitam sebagai kabel negatif (-). Sedang kabel Putih dan Hijau, adalah untuk keperluan transfer data.

Jadi jika anda ingin bereksperimen menciptakan alat dengan menggunakan power dari komputer via kabel USB cek tegangan yang dibutuhkan alat anda dan gunakan kabel merah dan hitam pada kabel USB sebagai sumber power.

Semoga berguna.

12 Maret 2011

Pangkal Pinang, ternyata cuma 39,66 km.

Hari ini, sabtu tanggal 12 Maret 2011. Saya bangun agak kesiangan, lanjut tidur lagi sampai jam sebelas. Mumpung libur.

Setelah mandi dan sarapan yang telat, iseng-iseng saya jalan-jalan memanasi si Tibu yang hampir satu bulan tidak pernah meraung keras. Rute paling jauh hanyalah Gramedia atau bandara saat saya pulang kampung tempo hari.

Titik start saya rencanakan di depan pintu Pelabuhan Pangkal Balam. Saya segera meluncur ke sana. Di depan Kantor Kesehatan Pelabuhan saya mengeset My Tracks di HP saya. Dengan arah Ketapang saya memulai perjalanan.

Jalur Ketapang - Air Itam melewati kawasan Industri Ketapang, jadi tidak heran kondisi jalan di sana banyak lubang di sana sini. Demikian juga jalur ke Objek Wisata Pasir Padi dari arah Air Itam. sama parahnya, dengan aspal yang sudah terkelupas menyisakan batu-batu kerikil tajam yang membuat ban kendaraan cepat gundul. Semoga ke depannya jalur ke objek wisata ini lebih diperhatikan. Bagaimana orang akan dengan senang hati berwisata ke sana jika jalan yang harus ditempuh jelek dan tidak menyenangkan.

Ternyata di sini pula ban kendaraan saya jadi korban, saya merasakan ketidakberesan ban belakang si Tibu persis di depan Pondok Pesantren Hidayatussalikin. Saya paksakan sampai saya menemukan tukang tambal ban. Di Pintu Gerbang menuju Objek Wisata Pasir Padi saya menemukan tukang tambal ban. Sambil menunggu saya sempatkan menghadap gusti ALLAH penguasa alam semesta untuk Sholat Dhuhur.

GPS Tracking saya reset kembali. Saya mengambil arah ke Sanfur untuk kemudian berbelok ke kiri (2° 8'47.22"S, 106° 9'55.53"T) memasuki Kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Kep. Bangka Belitung. Ada sebuah gapura kecil di pintu masuknya. Jalan ini tembus persis di depan Kantor Pak Gubernur (2° 9'7.20"S, 106° 9'33.15"T). Dari sini belok ke kanan sampai di sebuah pertigaan (2° 8'47.56"S, 106° 9'14.04"T)saya mengarahkan kendaraan saya berbelok ke kiri, menyusuri dua jalur jalan yang memiliki pembatas jalan. Jalan ini merupakan jalan tembus kompleks gurbenuran menuju Bandara Depati Amir maupun ke kota Koba.

Jalannya masih sepi, dengan hamparan tanah kosong di kanan kiri jalan. Di sini pula terdapat sport hall yang baru saja selesai dibangun. Di pintu keluar jalan ini (2°10'44.02"S, 106° 8'0.70"T), anda akan menemukan pertigaan, dengan arah kiri Koba dan ke Kanan Bandara.

Melintasi bandara saya bisa memacu motor saya dengan kecepatan agak tinggi, tapi segera menurunkan kembali kecepatan saat memasuki SPBU di Kampung Dul. Saya mengambil jalan ke kiri tepat di samping dealer mobil Suzuki PT. Jagorawi Motor ( 2° 9'37.55"S, 106° 7'46.61"T)

Jalan ini sudah beraspal mulus, menuju kaki bukit yang tampak saat anda akan take off atau landing di Bandara Depati Amir. Daerah ini masih sepi, tak banyak rumah warga di sini, tapi ada semacam kampung jika anda memasukinya lebih jauh, dan ternyata jalan ini tembus ke Kecamatan Bukit Intan. Ada sebuah pertigaan (2° 9'8.68"S, 106° 6'41.30"T) arah belok kiri merupakan jalan tembus ke Kompleks Perkantoran Walikota Pangkalpinang yaitu jalan Perbakin.

Jika anda lurus terus tanpa berbelok di pertigaan itu, anda akan menemui sebuah Kantor Dinas yang sayang saya tidak tahu apa (2° 8'56.84"S, 106° 6'38.25"T) di ujung jalan. Di sini dinamakan Jalan Basuki Rahmat Ujung. Jika anda belok kiri di sini anda bisa menemukan jalan ke kelurahan Parit Lalang (2° 8'38.68"S, 106° 6'29.47"T)

Dari Parit Lalang saya membelokkan motor saya ke kiri lagi. menyusuri sebuah danau kecil, yang ternyata sudah masuk Kabupaten Bangka Tengah (dilihat di papan proyek pembangunan di sekitar danau). Jalan ini akan tembus ke depan Kompleks sekolah Santo Yosef, di sebelah Rumah Sakit Bakti Wara (2° 8'41.26"S, 106° 5'52.39"T). Saya sengaja mengambil jalan ke kanan, karena saya tahu jika mengambil ke kiri lalu memasuki arah terminal kampung keramat (2° 8'27.30"S, 106° 5'40.33"T) jalan di sana rusak, entah karena beban berat atau karena proyek jalan yang belum selesai.

Dari pertigaan RS Bakti Wara ini, saya akhirnya berbelok ke kanan. menyusuri Jalan Solihin GP sebuah tokoh tentara yang namanya diabadikan menjadi jalan ini. Di Pertigaan pertama saya mengambil jalan ke kiri, menyusri jalan yang padat akan rumah-rumah penduduk, yang kemudian akan tembus ke kompleks Polisi Militer. Dari sini saya berbelok ke kiri menyusuri Jalan Mentok untuk kemudian berbelok ke kanan di perempatan Terminal Mentok (2° 8'15.98"S, 106° 5'42.93"T).

Di sini ada sebuah danau buatan (2° 7'51.53"S, 106° 5'39.83"T) yang menjadi sumber air baku untuk PDAM setempat. Daerah ini juga terkenal dengan sebutan Jembatan Dua Belas, yang diidentikkan dengan sebuah jembatan struktrur baja yang memisahkan dua bagian danau buatan tersebut. jalan di sini sangat bergelombang, jadi bersiapkah terombang-ambil jika melewati jalan ini. Jalan dengan kerusakan cukup parah juga terdapat di depan Bengkel Karya |Agung (2° 6'59.10"S, 106° 5'25.34"T). Jika anda meleawi jalan ini, berhati-hatilah, selain sempit, dan bergelombang, kanan-kiri jalan ini sudah tergerus air hujan, menyisakan lubang-lubang besar di tepian jalan yang akans angat berbahaya jika dilewati dengan kecepatan tinggi.

Saya membelokkan motor kembali ke kiri, menuju arah Kelurahan Tua Tunu, dan memasuki jalan tembus yang baru beberapa tahun ini dibangun yang dikenal dengan Jalan Kampak. Jalan ini akan tembus ke SMPN 7 di jalan Fatmawati yang akan tembus di sebuah SPBU (2° 5'55.50"S, 106° 6'41.05"T) di Selindung Baru. Dengan berbelok ke kanan saya menyusuri jalan utama menuju Sungailiat.

Di sebuah jalan sebelum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bangka (2° 5'20.17"S, 106° 6'41.50"T) saya membelokkan motor ke kanan, jalan ini biasa di sebut orang sekitar Jalan Kartini Raya, karena ada sebuah perusahaan penyedia peralatan kelautan dan dokking, PT. Kartini Utama yang berada di ujung jalan ini. Jalan ini beraspal mulus kecuali menjelang lokasi perusahaan tiba-tiba berganti menjadi jalan tanah yang berwarna merah.

Karena tidak ada jalan yang lurus kecuali jika anda hendak ke lokasi perusahaan tersebut saya membelokkkan si Tibu motor saya ke kanan, menyusuri jalan yang lumayan parah rusaknya, serasa bukan jalan di sebuah ibukota provinsi. Mungkin karena di sini banyak pabrik yang berlokasi di tepi sungai Baturusa, sehingga untuk keluar masuk lokasi pabrik terpaksa harus melewati jalan ini.

Jalan ini masuk wilayah Kelurahan Ampui Kec. Pangkal Balam, wah, berarti tujuan saya mengelilingi kota Pangkal Pinang hari ini sudah hampir selesai. Terbukti, setelah satu belokan ke kiri saya sudah menemui jalan menuju pelabuhan, tempat saya start sebelumnya.

Setelah melihat HP, sial ternyata saya masih harus melewati Kawasan Industri Ketapang, karena sebelumnya saya sempat mereset lokasi start saya. Dengan sangat terpaksa demi menggenapi rute saya melewati jalan yang tidak nyaman untuk dilewati untuk kedua kalinya.

Demikian rute keliling Kota Pangkal Pinang saya hari ini, selamat menikmati kembali dengan melihat peta di bawah ini. (anda bisa mengeser, memperbesar, dan menjelajahi peta tsb.)


View Round Pangkalpinang in a larger map

Total Distance: 39,66 km (24,6 mi)
Total Time: 53:52
Moving Time: 52:00
Average Speed: 44,17 km/h (27,4 mi/h)
Average Moving Speed: 45,76 km/h (28,4 mi/h)
Max Speed: 74,70 km/h (46,4 mi/h)

07 Maret 2011

Pulang Kampung dengan GPS Tracking (2-habis)

Perjalanan saya lanjutkan kembali.


Lihat Stage-3 di peta yang lebih besar

Di SPBU Rest Area KM 57 ini sopir bus ternyata punya buku catatan sendiri yang sepertinya dikeluarkan oleh pihak SPBU, karena pada sampul buku itu tercetak dengan besar tulisan KM 57. Ada kemungkinan pemilik SPBU ini dan pemilik perusahaan bus memiliki kerjasama dalam pengisian bahan bakar kendaraannya.

Di Rest Area ini terdapat sebuah masjid yang megah, bernama masjid At-Taubah.

Selepas Rest Area bus melaju dengan kecepatan sedang, melewati barisan truk yang berjalan agak lambat karena muatan berat mereka. Supir dan kernetnya tidak banyak ngobrol, mungkin udah terlalu capek. Menurut pengakuan kernetnya dia sudah dua kali bolak-balik seharian, jadi pagi berangkat ke Jakarta, malamnya pergi lagi.

Sesampainya di Pintu Tol Cikampek, kendaraan mulai memadat. memang sebelum pintu masuk, lajur jalan sudah tak berpembatas lagi. Jalan sudah menjadi dua arah, sehingga tidak dapat menampung banyaknya kendaraan yang melintas malam itu. Pemandangan sangat kontras di sini. saat melaju di tol kendaraan bisa dipacu sejadi-jadinya, tapi hati-hati, jangan terlena saat anda sudah mulai mendekati pintu masuk. kendaraan menjadi bertumpuk di sana.

Di pintu tol ini, ada seorang pedagang asongan naik menjajakan dagangannya. Karena lapar, saya membeli sebungkus tahu, yang lumayan dapat menahan lapar. Selanjutnya tenyata tidak ada pedagang lain yang naik, untung lah.

Sepanjang jalan pantura selepas tol, bus melaju dengan kencang. Melibas kendaraan-kendaraan besar yang berjalan lambat, sesekali menyalip rombongan pesepeda motor. Tak banyak kendaraan tak bermotor malam itu, ini lah keuntungan bus malam, mereka tidak terganggu dengan becak, sepeda pancal, dan pejalan kaki yang banyak melintas saat siang hari.

karena sedikit keasyikan ngebut, bus begitu saja melewati tempat seharusnya berhenti untuk istirahat. dengan terpaksa bus memutar kembali ke arah rumah makan tempat bus Dewi Sri yang lain beristirahat (zoom peta di atas untuk melihat lebih dekat)

Dari rest area sampai rumah makan Tanan Sari berjarak 51.73 km. Berikut data jarak dan kecepatan versi My Tracks di telepon genggam saya :

Total Distance: 51,73 km (32,1 mi)
Total Time: 1:05:41
Moving Time: 1:02:27
Average Speed: 47,25 km/h (29,4 mi/h)
Average Moving Speed: 49,70 km/h (30,9 mi/h)
Max Speed: 89,10 km/h (55,4 mi/h)

Di rumah makan ini saya sempat memesan makan. Dengan model prasmanan, anda dapat memilih lauk-pauk kesukaan anda. Waktu itu saya hanya mengambil nasi plus sayur juga telur dan tempe goreng, di tambah teh botol sosro saya harus menebusnya hanya sebesar Rp.12.000,00 saja, lumayan kaget juga, karena saya mengiranya jauh lebih mahal, sebagaimana tempat-tempat persinggahan dalam perjalanan biasanya.

Sayang sekali saat istirahat ini saya tidak bisa menumpang menge-charge telepon genggam saya, karena letak stop kontaknya jauh dari tempat saya makan, takut hilang. Akhirnya selesai makan saya hanya punya waktu yang sangat sedikit sebelum bus kembali berangkat, lumayan daripada tidak sama sekali, karena saat itu baterai sudah tinggal 52%, telepon genggam saya sangat haus daya.


Lihat Stage-4 di peta yang lebih besar

Selesai makan dan beristirahat bus berjalan kembali. Di pintu keluar ada pengecekan jumlah penumpang oleh petugas kontrol.

Sembari menyetel video supir menjalankan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Saya yang sudah mengantuk tidak dapat tidur dalam kondisi yang tidak "normal". Duduk di alas tipis tanpa sandaran punggung merupakan siksaan sepanjang perjalanan. Dengan terpaksa saya menemani supir begadang semalaman.

Pak supir sudah mulai menunjukan gejala ngantuk berat, treutama setelah memasuki Tol Palikanci (yang menghubungkan Palimanan dan Kanci). Berkali-kali busnya oleng ke kiri dan ke kanan. Sembari bergumam pak supir terlihat sangat kewalahan melawan kantuknya. Berkali-kali pula kendaraan yang akan menyalipnya dari kanan menyorot lampu dim dan mengklakson karena saat mereka menyalip bus tiba-tiba bergerak ke kanan. Tiga orang paling depan di bus itu, supir dan kernet termasuk saya semuanya diserang rasa kantuk yang luar biasa. Saya tidak bisa tidur selain karena posisi yang tidak nyaman, juga karena ada "apa-apa" dengan bus ini, jadi saya selalu siaga.

Memasuki tol Pejagan (gambar peta di atas belum ada tol pejagan), keadaan supir tidak membaik, dia masih diserang rasa kantuknya, malah dengan lebih parah. Beliau melawan rasa kantuknya dengan bersenandung pelan, meregang-regangkan tangannya, memutar-mutar kepala dan menegakkan punggungnya.

Untungnya ada penumpang yang mengingatkan agar beristirahat saja, sehingga sang kernet berinisiatif memijat punggung dan bahu pak supir. Rupanya pijatan kernet berhasil mengusir kantuk pak supir, dari tadi kek.

selepas tol pejagan, saya mengintip telepon genggam saya, rupanya indikator baterai sudah berkedip merah berulang-ulang, dengan terpaksa saya mematikan tracking GPS. sampai di sini lah tracking GPS saya malam itu. Andai di rumah makan tadi lebih lama menge-charge pasti sampai rumah masih bisa di tracking.

Data Stage 4

Total Distance: 167,79 km (104,3 mi)
Total Time: 3:00:37
Moving Time: 2:57:47
Average Speed: 55,74 km/h (34,6 mi/h)
Average Moving Speed: 56,62 km/h (35,2 mi/h)
Max Speed: 94,50 km/h (58,7 mi/h)



Pulang Kampung dengan GPS Tracking (1)

Sudah satu bulan lebih saya tidak pulang kampung. Akhirnya dapat kesempatan juga pulang kampung menjumpai anak dan istri tercinta.

Iseng-iseng saya mencoba fasilitas aplikasi Android telepon genggam saya My Tracks. Sebuah aplikasi yang merekam jejak GPS dan menampilkan statistik seperti waktu, jarak, kecepatan dan elevasi (ketinggian dari permukaan air laut). Rekaman jejak GPS ini dapat di upload pada akun Google anda dan anda dapat membagi tautannya kepada teman-teman anda di Twitter, Facebook dan situs jejaring sosial lainnya.

Saya membaginya menjadi beberapa stage, dengan alasan agar mudah dibaca dan dinikmati perjalanan ini, juga karena saya harus merestart perekaman jejak GPS karena di titik tertentu bus yang saya tumpangi berhenti begitu lama sehingga saya mematikan GPS untuk menghemat daya baterai.

Stage 1

Perjalanan ini saya mulai saja dari pelataran parkir Bandara Soekarno Hatta (biasa disingkat Bandara Soetta) di Cengkareng. Kendaraan yang saya gunakan adalah Bus Damri jurusan Harapan Indah Bekasi via Pulogadung, dengan ongkos jauh dekat Rp.30.000,00.


Lihat Stage-1 di peta yang lebih besar

Bus yang saya tumpangi sempat memutar satu kali lagi untuk menaikkan penumpang. Sejauh saya lihat, bus jurusan ini penumpangnya tidak seramai bus jurusan yang lain, yang mana mereka hanya sekali putaran menjemput penumpang di terminal 1 dan 2 dan sesekali ke terminal 3, sedangkan bus jurusan Harapan Indah memerlukan dua kali putaran untuk memenuhi kursi-kursinya dengan penumpang.

Saya sengaja mengambil jurusan ini, karena saya harus menuju Terminal Bus Pulogadung, yang ketersedian armada bus-nya yang banyak, dibandingkan dengan armada bus di terminal lain. Tak menunggu lama bus yang asaya tumpangi berangkat, sialnya kursi yang sudah saya tempati digusur orang, karena saya harus nebeng meng-charge telepon genggam saya yang memang haus daya apalagi saya berniat menyalakan aplikasi GPS sepanjang perjalanan di kantor PO Dewi Sri yang bus-nya saya tumpangi malam itu. Dengan sangat terpaksa saya harus duduk di bangku cadangan di depan, menemani supir dan kernet bergadang sepanjang malam.

Ya sudahlah, akhirnya saya merekam perjalanan stage ke dua malam itu sambil mencoba menikmati perjalanan di "bangku" paling depan bus ini.

Stage 2

Hari sudah semakin malam saat bus menyusuri Jalan Raya Bekasi sehingga perjalanan cukup lancar di sini. Jika anda melewati jalan ini saat jam pulang kantor, dapat dipastikan anda akan menghabiskan banyak waktu di sini, di samping karena jalan ini merupakan akses jalan menuju kota-kota satelit yang bertebaran di Bekasi, juga karena adanya kawasan industri tempat hilir mudik truk-truk berukuran besar yang berjalan lambat ataupun harus memutar memasuki area pabrik.


Lihat Stage-2 di peta yang lebih besar

Bus memasuki Pintu Tol Cakung dan dengan cepat menyusuri Tol Lingkar Luar jakarta (jakarta Outer Ring Road - JORR) dan dengan segera pula memasuki Jalan Tol Jakarta Cikampek.

Total perjalanan stage-2 ini adalah sejauh 59.59 km sebelum bus harus berhenti di sebuah SPBU di Rest Area Tol Jakarta Cikampek di km 57.

Berikut data statistik Stage 2 yang berhasil direkam aplikasi My Tracks

Total Distance: 59,59 km (37,0 mi)
Total Time: 1:07:07
Moving Time: 1:02:15
Average Speed: 53,26 km/h (33,1 mi/h)
Average Moving Speed: 57,42 km/h (35,7 mi/h)
Max Speed: 92,70 km/h (57,6 mi/h)
Min Elevation: 21 m (70 ft)
Max Elevation: 67 m (220 ft)
Elevation Gain: 187 m (615 ft)
Max Grade: 6 %
Min Grade: -7 %




02 Maret 2011

"Menempel" foto lebih mudah dengan Google Latitude

Jika anda suka berjalan-jalan ke penjuru dunia di dunia maya, maka anda tidak akan merasa asing dengan Google, dengan segala fasilitasnya. Lewat maps.google.com anda sperti melihat langsung dari sebuah balon udara yang dengan sesuka hati bisa anda arahkan ke mana pun ke seluruh penjuru dunia. Atau dengan Google Earth anda bisa menginstall seluruh dunia dalam PC anda. Perbedaan keduanya adalah, Google Earth tidak harus melulu tersambung koneksi internet, sedangkan maps.google.com, anda harus membukanya lewat jendela browser anda. Google Earth hanya akan menampilkan cookies, atau tempat-tempat yang pernah anda buka sebelumnya, saat anda membukanya tanpa koneksi internet.

Di dalam kedua layanan Google ini, ada bebagai macam fasilitas yang dapat anda nikmati. Mulai dari Streetview, yang dapat menempatkan diri anda seolah-olah anda sedang berada di tepi jalan sesungguhnya, dengan pemandangan yang dapat diputar 360°,juga dengan foto-foto yang telah ditandai pada peta yang telah di sediakan oleh Google.

Penandaan foto ini disediakan oleh pihak ketiga di bawah layanan Google yaitu Panoramio.com. Dengan panoramio kita bisa menandai lokasi, tempat di mana kita mengambil foto dan menampilkannya di Google Earth. Untuk login pada situs ini dapat menggunakan ID dan password Google anda. Jika anda belum memilikinya, anda bisa mendaftar gratis

Seiring dengan kemajuan teknologi makin berkembang pula kemudahan-kemudahan dalam penandaan foto di Google Earth.

Anda tinggal menginstall Google Latitude di gadget anda. Saya tidak terlalu paham apakah kamera biasa ataupun kamera profesional bisa memiliki fasilitas ini apa tidak. Saya memanfaatkan Sony Ericsson X10 mini pro saya. Kebetulan fasilitas Google Latitude sudah terinstall saat saya membelinya. Jika belum tersedia aplikasi tersebut, anda bisa mengunduhnya di sini, atau jika telepon genggam anda berbasis Android, anda bisa mencarinya di Android Market. Untuk Iphone anda bisa mencari aplikasi ini di AppStore. Untuk gadget lainnya, baik itu Blackberry, HP dengan basis Windows Mobile atau pun OS lainnya anda bisa mengakses google.com/latitude pada browser anda untuk menginstall dan mendapat petunjuk lebih lanjut di sana.

Google Latitude memungkinkan Anda untuk berbagi lokasi Anda dengan teman dan melihat lokasi mereka di peta. Bila diaktifkan, Google Latitude History memungkinkan Anda untuk menyimpan lokasi Anda sebelumnya dan ini memungkinkan Anda untuk menyesuaikan foto Anda dengan lokasi yang disimpan dalam history Google Latitude.

Dengan menggabungkan Panoramio dan Google Latitude foto Anda mendapatkan geo-tag secara otomatis sebagai cap waktu foto yang cocok dengan catatan lokasi Anda dalam Google Latitude History. Untuk menggunakan fitur ini Anda harus mengaktifkannya di halaman Settings Anda di Panoramio. Dengan izin Anda, Panoramio akan mengakses Google Latitude History untuk mengetahui lokasi Anda pada saat foto diambil, jadi pastikan waktu pada kamera Anda sudah benar dan cocok dengan nilai yang dimasukkan di halaman Settings Panoramio Anda.

Hal penting lainnya dalam pengaturan ini adalah untuk tidak lupa mengaktifkan fasilitas info posisi yang ada pada setelan kamera telepon genggam/gadget anda.

Sebelum ada fasilitas ini, anda harus mengingat-ingat di mana anda saat pengambilan gambar/foto berlangsung, kemudian Anda mencarinya sendiri di Peta Google, baru kemudian secara manual menandai letaknya di peta tersebut. Jika pengambilan gambar berada di kota, biasanya tidak akan terjadi masalah, karena Anda dapat mengingat di mana anda saat itu dengan mengenali jalan, bangunan dan tempat-tempat menarik yang ada di sekitar anda. Namun akan jauh lebih sulit jika pengambilan gambar di pedesaan, apalagi Anda baru sekali-dua kali melewatinya.

Terima kasih kepada Google Latitude, sekarang saya hanya meng-upload saja, tanpa khawatir harus mencari-cari lokasinya kembali di Google Earth, foto saya akan secara langsung ditandai begitu saya selesai meng-uploadnya.

Tak lupa kunjungi foto-foto saya di sini.