27 April 2011
JSA - Setelah Digugat Masyarakat
Ternyata ujicoba JSA (Jalur Satu Arah) yang mulai diberlakukan 1 April 2011 yang lalu mendapat pertentangan dari masyarakat. Akhirnya JSA diperpendek hanya berlaku pada Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Masjid Jamik.
Demikian :)
08 April 2011
[Sekilas Info] Perubahan Jalur dalam Kota Pangkalpinang
Berikut beberapa jalan tersebut :
05 April 2011
Kaligung Ekspress, Jalan-jalan Hari Sabtu
Pagi-pagi setelah mandi dan sarapan, saya mengajaknya jalan-jalan. Dengan mengajak serta dua orang teman mainnya (tetangga kami) saya segera meluncur. Tak lupa membelikan ibunya Izzul, anak saya, sarapan, saya langsung mengarahkan mobil saya ke stasiun kereta Tegal. sampai di sana sudah jam setengah sepuluh padahal menurut jadwal Kaligung Ekspress tiba di stasiun ini jam 09.00 WIB, berarti telat setengah jam lebih. Tanda-tanda kereta bakal tiba belum muncul juga, malahan ada pemberitahuan kereta tiba dua puluh menit lagi.
"Biasanya kereta terlambat, mungkin sudah biasa" kata bang Iwan Fals
Akhirnya kereta yang ditunggu-tunggu tiba. Saya segera menaikkan gerombolan kecil saya ke kereta. Saya sebelumnya sudah menanyakan ke loket, ternyata bayar karcisnya di atas kereta nanti.
Jujur, selama lebih ini saya belum pernah pulang-pergi Tegal-Slawi naik kereta, selama ini selalu memakai moda angkutan darat selain kereta, padahal waktu SMA pernah ada niatan untuk ikut "nggandul" kereta pertamina yang langsir di dekat SMA N 1 Tegal, tempat saya bersekolah, setidaknya sekali saja. Tapi sampai lulus belum pernah sekalipun rencana saya terealisasi.
Ternyata cepat juga, kereta tidak berhenti di stasiun-stasiun kereta kecil di sepanjang jalur Tegal-Slawi. Mungkin ke depannya stasiun-stasiun kecil itu bakal disinggahi kereta Kaligung Ekspress ini jika ada permintaan dari pengguna jasa kereta api.
Dulu Kaligung Ekspress hanya sampai Stasiun Tegal, tapi mungkin karena banyak permintaan dari Slawi, maka kereta ini menjemput penumpang sampai ke Stasiun Slawi. Lumayan juga jumlah penumpang yang naik dari Stasiun Slawi, daripada jalur ini hanya untuk angkutan bahan bakar minyak dari Cilacap, langkah cerdas PT. KAI Daop Semarang ini patut diacungi jempol.
Izzul terlihat excited, karena ini pengalaman pertamanya naik kereta bersama teman mainnya.
Satelite view rute jalur Kaligung Ekspress Tegal-Slawi
Lihat Peta Lebih Besar
Foto-foto Izzul dan Kaligung Ekspress
04 April 2011
Inilah Jalan Satu Arah Tahap II di Pangkalpinang
Inilah satelite view jalan dua arah tahap kedua di Kota Pangkalpinang.
*dibutuhkan koneksi yang cepat untuk membuka laman ini.
Lihat Tahap Dua di peta yang lebih besar
Bandingkan dengan tahap I
Lihat Tahap Satu di peta yang lebih besar
dan jika digabung
Lihat Satu Arah pangkalpinang di peta yang lebih besar
Tak jelas kapan tahap II akan diberlakukan, karena dari link situs resmi Pemkot Pangkalpinang di atas tidak dijelaskan tanggal diberlakukannya tahap II.
Silakan mencari jalan alternatif bagi anda yang rute kesehariannya melewati jalur-jalur di atas.
01 April 2011
Jalan Satu Arah di Kota Pangkal Pinang
Lihat Tahap Satu di peta yang lebih besar
Pemberlakuan Jalur Satu Arah di Kota Pangkal Pinang mulai diujicobakan hari ini. Dari pantauan penulis banyak warga pengendara kendaraan yang kebingungan sambil tengak-tengok mencari jalan yang sesuai dengan tujuannya.
Hingga siang petugas masih berjaga-jaga di sepanjang jalur yang di"searah"kan. Walaupun tak sebanyak saat pagi hari, mungkin saat penulis mencoba jalur ini sekaligus mengambil petanya seperti di atas dilakukan saat seusai Sholat Jumat saat itu petugas masih istirahat setelah bertugas dari pagi hari.
Jalur searah di mulai dari Jalan Jendsu (Jenderal Sudirman) di depan Griya Timah ke arah selatan sampai perempatan di Jalan Masjid Jamik belok kanan. Di perempatan Jalan Mentok belok kanan lagi memasuki jalan A Yani (Jalan Baru) sampai tembus ke Pertigaan Penjara Lama belok Kanan lagi sampai di Griya Timah kembali.
Total jaraknya adalah sekitar 4,35 km
Beberapa putaran di Jalan Sudirman telah dipasangi portal sementara menggunakan traffic cone yang dipasangi tali, membuat pengendara semakin bingung untuk mencapai tujuannya, yang menyebabkan mereka harus berputar ditempat yang agak jauh kemudian mencari jalan kecil kembali ke arah semula.
Foto nyomot di Bangka Pos
Beberapa pengendara masih tampak ada yang melanggar dengan melawan arus, tapi karena baru ujicoba dan masih hari pertama kemungkinan banyak yang belum tahu hal ini masih bisa dimaklumi. Sosialisasi pemberlakuan jalan satu arah ini dirasakan warga masyarakat masih kurang.
Lampu lalu lintas masih berlaku sebelum ada perubahan peraturan nantinya. Jika anda dari Jalan JendSu ingin membelok ke Jalan Masjid Jamik ambillah jalan ke kanan di depan Apotik Wijaya, dari sini anda bisa langsung belok ke kanan tanpa harus mematuhi lampu yang menyala, tapi tetap berhati-hati ya, masih banyak warga yang belum paham penerapan jalan satu arah ini.
Peta di atas adalah Jalan Satu Arah Tahap I, tahap kedua jalan searah lanjut ke Jalan MS Rahman di perempatan Jalan Masjid Jamik sampai perempatan Semabung.
Depok - Gatsu
Selama diklat itu saya terpaksa pulang pergi dari Depok ke Kantor Pusat di Jalan Gatot Subroto. Kenapa tidak mengambil hotel saja?toh bakalan diganti. Saya malah berpikir bila menginap di hotel bakal tekor, karena limit pegawai seperti saya tidak bakal meng-cover biaya hotel di Jakarta yang lumayan mahal, belum lagi keperluan makan anak dan istri saya.
Perjalanan menggunakan sepeda motor di belantara Jakarta merupakan pengalaman pertama saya. Pengalaman pertama harus berkendara motor tiap hari melawan kemacetan dan kepulan asap kendaraan. Oleh karena itu saya agak mempersiapkan diri untuk melakoninya. Mulai dari persiapan fisik, mempelajari rute, tak lupa juga mengecek kesiapan motor Vario Sutekno milik istri saya.
Hari pertama saya masih melewati jalur standard Depok Jakarta via Lenteng Agung, ternyata daerah ini kalo pagi padat luar biasa. Dari Lenteng Agung saya mengambil jalan ke kiri menyusuri tol Lingkar Luar Jakarta lanjut belok kiri lewat Warung jati Barat tembut Jalan Raya Mampang Prapatan.
Demikian juga waktu pulangnya, padahal saya pulang sebelum jam pulang kantor, tapi tetap saja, saat melewati jalan Pasar Minggu sambung terus ke Lenteng Agung jalur padat merayap penuh dengan kendaraan roda dua yang meliuk-liuk di antara mobil dan bis kota.
Lihat Rute Berangkat di peta yang lebih besar
Hari kedua saya mencoba mencari jalan lain, tidak melewati Lenteng Agung lagi, saya mengambil Jalan Mohammad Kahfi 1. Jalan ini tidak sepadat jalan Lenteng Agung, malah saya bisa memacu Vario Sutekno sampai 60 km/h, sebuah kecepatan yang kencang untuk ukuran jalanan Jakarta di pagi hari. Lanjut masuk Jalan Ampera Raya yang mulai agak padat, tetapi masih bisa memacu motor. Hari pertama melewati jalan ini agak was-was juga, takut kesasar dan tidak tahu harus memutar di mana.
Berpacu mengikuti arus lalu lintas membawa saya ke Kebayoran Baru. Di sini saya ragu mengikuti penunjuk jalan, yang menunjukkan arah Blok M dan Kebayoran baru. Feelling saya membawa saya mengukuti petunjuk arah Kebayoran Baru.
Di sini saya segera mengenali Jalan Gunawarman, tempat saya dulu pernah ikut ujian saringan masuk untuk melanjutkan kuliah kedinasan. Akhirnya saya merasa tidak tersesat, dan sesuai planning saya segera memacu ke arah Senopati untuk memasuki kawasan SCBD. Dan segera masuk kawasan Widya Chandra, tempat para menteri pembantu presiden melepas lelah di rumah dinasnya.
Dari kawasan Widya Chandra inilah ada pintu masuk menuju kantor pusat, tempat saya bekerja. Mulai hari ketiga dan seterusnya, saya melalui rute ini untuk pulang-pergi dari Depok ke Gatot Subroto.
Ada perkataan seorang biker wartawan yang sudah keliling Indonesia dengan sepeda motor, "jika kita bisa menanggung kesulitan menyusuri jalanan Jakarta yang brutal, apa lagi yang kita takutkan di luar sana?", jadi siap untuk petualangan bermotor berikutnya? :D
Lihat Rute Pulang di peta yang lebih besar