Di malam ahad, jalan-jalan di Pangkal Pinang, terutama jalan-jalan protokol, berubah menjadi arena pasar malam, ramai sekali.
Orang-orang tua membawa anak-anaknya jalan-jalan, remaja-remaja berkumpul bersama teman-teman mereka, bujang-bujang lokal, seperti saya, sekedar keliling kota melepas kesuntukan setelah seminggu bekerja dan tidak ada siapa-siapa untuk diajak kemana-mana.
Jalan serasa semakin sesak dengan ulah beberapa remaja yang mengandarai motornya seenaknya sendiri. Sruntulan kanan kiri, tidak menyalakan lampu, mengganti bola lampu belakang dengan warna terang, instead of warna merah sesuai aturan. Berbelok tanpa memberi tanda, mengerem mendadak, menggunakan knalpot, yang katanya racing, yang memekakkan telinga.
Di tempat-tempat perbelanjaan, dan di titik-titik tertentu lainnya, tampak parkir mobil tampak semrawut. Seakan-akan jalanan di Pangkal Pinang sudah tidak cukup menampung perkembangan jumlah kendaraan roda empat. Di beberapa tempat tampak juga pemilik-pemilik mobil tidak memarkir kendaraannya dengan benar, bertumpuk dengan sepeda motor yang terparkir sebelumnya.
Saya lebih memilih mendekam di rumah dinas, dan menonton film daripada harus keluar saat malam ahad. Saya memilih untuk tidak memperbesar resiko saya kenapa-kenapa di jalan walaupun kenapa-kenapa-nya saya tidak tergantung keluar tidaknya saya di malam itu.
Cukuplah saya "menikmati" bisingnya lalu lalang kendaraan di depan rumah dari peraduan saya. Cukuplah saya mendengar teriakan-teriakan anak-anak muda saat teman-temannya melintas. Cukuplah saya tertawa kecil di dalam hati saat mereka dengan terburu-buru melarikan sepeda motornya karena mendengar sirine mobil patroli Polisi berkeliling.
Celakanya, malam ahad saja tidak cukup untuk mereka bersenang-senang, dan melakukan kegiatan sia-sia sehingga masih "harus" bersenang-senang kembali di tengah-tengah weekdays, malam Kamis.
No Offense
Just Share
~ariftrio~
29 Mei 2011
21 Mei 2011
Menyentuh Angka Tertinggi
Tadi Pagi (21/05/2011/), saya mengisi bahan bakar untuk si Tibu, motor saya. Lumayan terkejut melihat panel pada dispenser Pertamax SPBU Jl. Ahmad Yani Pangkalpinang yang menunjukkan angka Rp.9850. Ini adalah rekor harga pertamax di Bangka yang pernah saya tebus. Tren kenaikan harga pertamax sudah dimulai beberapa bulan lalu, seiring dengan naiknya harga minyak dunia.
Semenjak Pertamax tersedia di Pulau Bangka (di SPBU Bandara, pertama kali tersedia pertamax), saya sudah mengikhtiarkan motor saya untuk meminum bahan bakar tak bersubsidi itu. Berapapun harganya.
Motor saya mempunyai kompresi yang tinggi plus ber-injeksi, yang seharusnya memang menenggak bahan bakar ber-oktan di atas 90. Efek dari meminum ramuan khusus berharga mahal, motor saya tidak kalah dengan tarikan motor-motor keluaran baru. Motor saya tetap enteng, dan siap di ajak touring keliling Pulau Bangka kapan saja.
Keuntungan lainnya adalah motor mudah sekali di starter di pagi hari, dengan bejekan ringan di tuas kick-starter, si Tibu sudah menggerum pelan. Bahkan saat ditinggal mudik seminggu lebih tanpa dipanasi, engkol sedikit, motor langsung bangun dan sudah tidak sabar untuk diajak jalan :D. Tiap pagi saya sengaja tidak menggunakan electric-starter (sesuai petunjuk buku pedoman pemilik kendaraan bermotor) agar accu alias aki lebih awet. Bagi motor ber-injeksi aki bersifat sangat krusial, saya pernah mengalaminya, saat aki tekor jalannya mesin jadi ndut-ndutan. Di antara jalannya mesin, ada saat-saat di mana mesin mati dalam waktu sesaat, mungkin karena pasokan bahan bakar dari ruang pembakaran terganggu ketidaktersedianya aliran listrik yang mengontrol kerja injeksi.
Ada keuntungan lain saat memanjakan motor dengan pertamax. Konsumsi bahan bakar lebih irit. Saya sangat merasakannya. Dulu, sebelum pertamax ada di Pulau Bangka saya biasa mengisi bensin seminggu sekali, setelah dijampi-jampi pertamax, saya hanya mengisinya dua minggu sekali, sesuai siklus harga baru pertama. Pertamax harganya fluktuatif setiap dua minggu sekali tepatnya di tanggal 1 dan tanggal 15 setiap bulannya, pertamina selaku produsen pertamax mengevaluasi harga sesuai harga pasar.
Jadi memang uang yang saya keluarkan saat membeli pertamax lebih banyak, tapi jatuh-jatuhnya total pengeluaran tiap bulan untuk bahan bakar sama saja jika saya mengisi bensin. tapi saya punya kenutungan mesin motor lebih enak dikendarai, mesin lebih awet, dan asap buangan lebih ramah lingkungan.
Satu alasan lagi, saya tidak ingin memperberat beban pemerintah (klise sekali :)). Cukuplah beban pemerintah berkurang satu, karena saya setia memakai pertamax untuk motor saya. Semoga makin banyak masyarakat yang masuk golongan mampu, yang beralih ke pertamax. Saya mencontohkan, pengendara mobil bisa menghabiskan 20 liter perminggu, sedangkan pengendara motor paling banter 5 liter. Jika tiap liter bensin dsubsidi sebesar Rp.1000, maka jelas terlihat, pemilik mobil menikmati subsidi jauh lebih besar dari pemilik motor. Padahal, biasanya orang yang sudah mampu membeli mobil keadaan ekonominya lebih baik orang yang hanya mampu membeli motor.
Ada satu cara yang bisa ditempuh untuk menyiasati mahalnya pertamax. Mengoplos. Walaupun ujung-ujungnya tetap membeli bensin premium, tapi setidaknya beban subsidi yang ditanggung pemerintah sedikit berkurang. Apa yang dioplos? Premium dengan pertamax plus. sehingga dapat diperoleh nilai oktan yang sebanding dengan pertamax.
Seperti diketahui bersama nilai oktan (RON) Pertamax Plus adalah sebesar 95, sedangkan premium hanya sebesar 88, dan Pertamax 92. Pencampuran ini tidak menimbulkan masalah pada mesin, karena oil base dari produk Pertamina sama.
Bisa saja mencampur Bensin ... gak jadi masalah ... dan Nilai Oktan yang akan diperoleh bergantung kepada berapa liter masing-masing bbm itu dicampur, misalnya :
1. X liter BBM1 dengan nilai RON1
2. Y liter BBM2 dengan nilai RON2
RON Campuran = (X * RON1 + Y*RON2)/(X+Y)
Contoh untuk Kapasitas Tangki 40 Liter
PREMIUM (RON88)..........PERTAMAX PLUS (RON95)..........RON Campuran
......10 Liter..........................30 Liter..............................................93.25........
......15 Liter..........................25 Liter .............................................92.38........
......20 Liter..........................20 Liter .............................................91.50........
......25 Liter .........................15 Liter .............................................90.63........
......30 Liter .........................10 Liter .............................................89.75........
Dari perbandingan di atas jika perbandingan Pertamax Plus dengan Premium 1:1 maka akan diperoleh nilai oktan 91,5, hampir sama dengan Pertamax dengan harga yang lebih murah (ya iyalah, lah wong ada komponen subsidi di dalamnya kok :D)
Kenapa lebih murah? Saya simulasikan harga Pertamax Plus Rp.9550 harga Jakarta per 15/05/2011, dan Pertamax Rp.9250 sedang Premium Rp.4500.
Tangki mobil 40 liter
Pertamax Plus 20 Liter x Rp.9550 = Rp.191.000
Premium ........20 Liter x Rp.4500 = Rp. 90.000
Total ........................................... = Rp.281.000
Jika membeli Pertamax 40 liter .... = Rp.9250 x 40 = Rp.370.000
Terlihat bedanya bukan?
Saya punya ide gila, turunkan saja nilai oktan premium, dijamin mobil-mobil keluaran baru, yang berarti pemiliknya sudah meningkat kemampuan ekonominya, otomatis beralih ke Pertamax. Karena mobil keluaran baru nilai kompresi mesinnya tinggi, bakalan mogok (atau setidaknya mesinnyambrebet ngelitik) kalo nenggak bahan bakar dengan oktan yang sangat rendah.
Ah... namanya saja ide gila :D
Demikian.
sumber
~ariftrio~
Semenjak Pertamax tersedia di Pulau Bangka (di SPBU Bandara, pertama kali tersedia pertamax), saya sudah mengikhtiarkan motor saya untuk meminum bahan bakar tak bersubsidi itu. Berapapun harganya.
Motor saya mempunyai kompresi yang tinggi plus ber-injeksi, yang seharusnya memang menenggak bahan bakar ber-oktan di atas 90. Efek dari meminum ramuan khusus berharga mahal, motor saya tidak kalah dengan tarikan motor-motor keluaran baru. Motor saya tetap enteng, dan siap di ajak touring keliling Pulau Bangka kapan saja.
Keuntungan lainnya adalah motor mudah sekali di starter di pagi hari, dengan bejekan ringan di tuas kick-starter, si Tibu sudah menggerum pelan. Bahkan saat ditinggal mudik seminggu lebih tanpa dipanasi, engkol sedikit, motor langsung bangun dan sudah tidak sabar untuk diajak jalan :D. Tiap pagi saya sengaja tidak menggunakan electric-starter (sesuai petunjuk buku pedoman pemilik kendaraan bermotor) agar accu alias aki lebih awet. Bagi motor ber-injeksi aki bersifat sangat krusial, saya pernah mengalaminya, saat aki tekor jalannya mesin jadi ndut-ndutan. Di antara jalannya mesin, ada saat-saat di mana mesin mati dalam waktu sesaat, mungkin karena pasokan bahan bakar dari ruang pembakaran terganggu ketidaktersedianya aliran listrik yang mengontrol kerja injeksi.
Ada keuntungan lain saat memanjakan motor dengan pertamax. Konsumsi bahan bakar lebih irit. Saya sangat merasakannya. Dulu, sebelum pertamax ada di Pulau Bangka saya biasa mengisi bensin seminggu sekali, setelah dijampi-jampi pertamax, saya hanya mengisinya dua minggu sekali, sesuai siklus harga baru pertama. Pertamax harganya fluktuatif setiap dua minggu sekali tepatnya di tanggal 1 dan tanggal 15 setiap bulannya, pertamina selaku produsen pertamax mengevaluasi harga sesuai harga pasar.
Jadi memang uang yang saya keluarkan saat membeli pertamax lebih banyak, tapi jatuh-jatuhnya total pengeluaran tiap bulan untuk bahan bakar sama saja jika saya mengisi bensin. tapi saya punya kenutungan mesin motor lebih enak dikendarai, mesin lebih awet, dan asap buangan lebih ramah lingkungan.
Satu alasan lagi, saya tidak ingin memperberat beban pemerintah (klise sekali :)). Cukuplah beban pemerintah berkurang satu, karena saya setia memakai pertamax untuk motor saya. Semoga makin banyak masyarakat yang masuk golongan mampu, yang beralih ke pertamax. Saya mencontohkan, pengendara mobil bisa menghabiskan 20 liter perminggu, sedangkan pengendara motor paling banter 5 liter. Jika tiap liter bensin dsubsidi sebesar Rp.1000, maka jelas terlihat, pemilik mobil menikmati subsidi jauh lebih besar dari pemilik motor. Padahal, biasanya orang yang sudah mampu membeli mobil keadaan ekonominya lebih baik orang yang hanya mampu membeli motor.
Ada satu cara yang bisa ditempuh untuk menyiasati mahalnya pertamax. Mengoplos. Walaupun ujung-ujungnya tetap membeli bensin premium, tapi setidaknya beban subsidi yang ditanggung pemerintah sedikit berkurang. Apa yang dioplos? Premium dengan pertamax plus. sehingga dapat diperoleh nilai oktan yang sebanding dengan pertamax.
Seperti diketahui bersama nilai oktan (RON) Pertamax Plus adalah sebesar 95, sedangkan premium hanya sebesar 88, dan Pertamax 92. Pencampuran ini tidak menimbulkan masalah pada mesin, karena oil base dari produk Pertamina sama.
Bisa saja mencampur Bensin ... gak jadi masalah ... dan Nilai Oktan yang akan diperoleh bergantung kepada berapa liter masing-masing bbm itu dicampur, misalnya :
1. X liter BBM1 dengan nilai RON1
2. Y liter BBM2 dengan nilai RON2
RON Campuran = (X * RON1 + Y*RON2)/(X+Y)
Contoh untuk Kapasitas Tangki 40 Liter
PREMIUM (RON88)..........PERTAMAX PLUS (RON95)..........RON Campuran
......10 Liter..........................30 Liter..............................................93.25........
......15 Liter..........................25 Liter .............................................92.38........
......20 Liter..........................20 Liter .............................................91.50........
......25 Liter .........................15 Liter .............................................90.63........
......30 Liter .........................10 Liter .............................................89.75........
Dari perbandingan di atas jika perbandingan Pertamax Plus dengan Premium 1:1 maka akan diperoleh nilai oktan 91,5, hampir sama dengan Pertamax dengan harga yang lebih murah (ya iyalah, lah wong ada komponen subsidi di dalamnya kok :D)
Kenapa lebih murah? Saya simulasikan harga Pertamax Plus Rp.9550 harga Jakarta per 15/05/2011, dan Pertamax Rp.9250 sedang Premium Rp.4500.
Tangki mobil 40 liter
Pertamax Plus 20 Liter x Rp.9550 = Rp.191.000
Premium ........20 Liter x Rp.4500 = Rp. 90.000
Total ........................................... = Rp.281.000
Jika membeli Pertamax 40 liter .... = Rp.9250 x 40 = Rp.370.000
Terlihat bedanya bukan?
Saya punya ide gila, turunkan saja nilai oktan premium, dijamin mobil-mobil keluaran baru, yang berarti pemiliknya sudah meningkat kemampuan ekonominya, otomatis beralih ke Pertamax. Karena mobil keluaran baru nilai kompresi mesinnya tinggi, bakalan mogok (atau setidaknya mesinnya
Ah... namanya saja ide gila :D
Demikian.
sumber
~ariftrio~
20 Mei 2011
Ride Through Penalty
Pembaca yang melihat gelaran MotoGP di Sirkuit Le Mans Peramcis pekan lalu (15/5/2011), pasti melihat suguhan balapan yang sangat menarik. Ada beberapa kejadian yang cukup seru di sana. Bermula dari Stoner yang kena hukuman 5000 Euro karena memukul rider lawan karena menilai lawannya terlalu lambat saat sesi qualifikasi, hingga jatuhnya Dani Pedrosa akibat overtaking Simoncelli di lap ke-11. Valentino Rossi berhasil podium untuk pertama kalinya di posisi ketiga pada musim balapan tahun ini, setelah tiga seri berikutnya berada di posisi berurutan 7-5-5.
Akibat insiden jatuhnya Pedrosa, Simoncelli mendapat hukuman ride through penalty. Apa sih maksudnya hukuman tersebut?
Pembalap yang diputuskan mendapat hukuman ini, wajib memasuki jalur pit-stop dan kemudian boleh meneruskan balapannya kembali. Selama di jalur pit-stop pembalap dilarang berhenti dan tidak boleh melebihi kecepatan 60 km/jam. Jika pembalap melebihi kecepatan tersebut. hukumannya diulang pada lap berikutnya, jika masih dilanggar juga, maka bendera hitam sebagai tanda diskualifikasi akan dikibarkan.
Pembalap yang kena hukuman, sebelumnya diberikan pemberitahuan kepada timnya. Kemudian papan kuning yang menunjukan nomor pembalap akan ditampilkan di garis finis, yang mengharuskan pembalap memasuki pit-stop pada lap berikutnya.
Hukuman ini juga dikenakan pada pembalap yang melaju (jump start) sebelum lampu merah pada saat start padam.
Jika penyelenggara balapan tidak bisa melakukan hukuman ini karena kasus tertentu, misal, kejadian berlangsung pada akhir-akhir balapan, maka pembalap yang terkena hukuman ini akan dikurangi 20 detik dari catatan waktu balapannya.
Demikian.
Sumber
Akibat insiden jatuhnya Pedrosa, Simoncelli mendapat hukuman ride through penalty. Apa sih maksudnya hukuman tersebut?
Pembalap yang diputuskan mendapat hukuman ini, wajib memasuki jalur pit-stop dan kemudian boleh meneruskan balapannya kembali. Selama di jalur pit-stop pembalap dilarang berhenti dan tidak boleh melebihi kecepatan 60 km/jam. Jika pembalap melebihi kecepatan tersebut. hukumannya diulang pada lap berikutnya, jika masih dilanggar juga, maka bendera hitam sebagai tanda diskualifikasi akan dikibarkan.
Pembalap yang kena hukuman, sebelumnya diberikan pemberitahuan kepada timnya. Kemudian papan kuning yang menunjukan nomor pembalap akan ditampilkan di garis finis, yang mengharuskan pembalap memasuki pit-stop pada lap berikutnya.
Hukuman ini juga dikenakan pada pembalap yang melaju (jump start) sebelum lampu merah pada saat start padam.
Jika penyelenggara balapan tidak bisa melakukan hukuman ini karena kasus tertentu, misal, kejadian berlangsung pada akhir-akhir balapan, maka pembalap yang terkena hukuman ini akan dikurangi 20 detik dari catatan waktu balapannya.
Demikian.
Sumber
11 Mei 2011
Refleksi Enam Tahunan (4-habis)
Enam tahun adalah waktu yang relatif singkat untuk merubah status saya dari bujangan menjadi bapak hampir dua orang anak.
Saya menikah dua tahun setelah penempatan saya ke Pulau Bangka, dengan teman satu kelas di tahun terakhir masa SMA saya.
Padahal saat sekelas dulu ngobrol saja jarang, kuliah di tempat berbeda, dan bekerja di tempat terpisah enam jam perjalanan darat dan satu jam penerbangan, dengan kadang-kadang satu dua jam saat penerbangan terlambat. Walaupun setelah menikah kami menjalani hiubungan jarak jauh.
Ini adalah pilihan kami, dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah kepastian mutasi saya termasuk kategori tidak pasti. Bisa dua sampai empat tahun bahkan lebih. Hanya Allah yang tahu kapan saya akan dipindahkan. Ini akan sangat berpengaruh jika saya membawa serta seluruh keluarga saya. Kasihan anak dan istri, karena mutasi hanya menyisakan waktu paling lama sebulan harus sudah berada di tempat baru. Jika istri ikut, saat saya mutasi pasti dia 'tertinggal' dan untuk mengurus mutasi istri saya tentu saja memerlukan waktu yang tidak sebentar. Karena istri saya berstatus PNS pemda yang jika mutasi memerlukan koordinasi dua pemda.
Tetapi itulah jodoh, kita tidak dapat menebak siapa jodoh kita. Kata orang, hanya ada dua kepastian di dunia ini, mati dan bayar pajak. Keduanya tidak dapat dihindari.
Anak pertama saya, Izzul Farisi, akan berumur tiga tahun bulan Agustus nanti. Dia tumbuh jadi anak yang sehat dan cerdas. Dia juga sangat sayang dengan calon adiknya yang masih berada dalam kandungan ibunya. Setiap malam sebelum tidur disempatkannya mengelusi perut ibunya. Bahkan saat terbangun ditengah malam pun dia mencari perut ibunya untuk dielus. Kadang, dia seolah berbicara dengan adiknya.
Izzul juga cerdas, sikapnya seperti bukan anak berumur tiga tahun. Daya ingatnya kuat, pandai menari (gara-gara suka melihat anak SD sebelah latihan menari), sudah mengerti nada dan musik, dia bisa mengikuti musik yang didengar dan bisa langsung menirunya. Dia suka menirukan tanda keberangkatan kereta api di stasiun, dengan nada yang tepat juga temponya. Tapi kalo udah rewel balik lagi deh seperti anak kecil lagi.
Ada saja tingkah lucunya yang mengundang gelak tawa orang-orang di sekelilingnya. Imajinasinya juga tumbuh bagus sekali.
Tahun lalu istri saya mendapat beasiswa melanjutkan program sarjana di kampus UI Depok. Tahun lalu juga 'seharusnya' saya juga kuliah lagi melanjutkan D4 saya. Tapi saya tidak lulus ujian psikotes. Mungkin inilah yang digariskan Allah di tangan saya. Ini mungkin yang terbaik buat saya dan keluarga saat ini.
Klo saya lulus, seharusnya kami dapat berkumpul di Jakarta. Tapi jika kumpul kondisi keuangan akan menjadi labil, karena sebagian besar take home pay saya akan dibayarkan untuk membayar cicilan yang jumlahnya tidak sedikit. Karena jika kuliah D4 yang berstatus sekolah kedinasan, tunjangan kerja saya dipotong hingga tinggal separuhnya saja.
Inilah kehidupan yang harus kami jalani. Dan kami berharap dalam setiap doa kami
sesegera dapat mungkin berkumpul seperti keluarga normal lainnya.
Saya menikah dua tahun setelah penempatan saya ke Pulau Bangka, dengan teman satu kelas di tahun terakhir masa SMA saya.
Padahal saat sekelas dulu ngobrol saja jarang, kuliah di tempat berbeda, dan bekerja di tempat terpisah enam jam perjalanan darat dan satu jam penerbangan, dengan kadang-kadang satu dua jam saat penerbangan terlambat. Walaupun setelah menikah kami menjalani hiubungan jarak jauh.
Ini adalah pilihan kami, dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah kepastian mutasi saya termasuk kategori tidak pasti. Bisa dua sampai empat tahun bahkan lebih. Hanya Allah yang tahu kapan saya akan dipindahkan. Ini akan sangat berpengaruh jika saya membawa serta seluruh keluarga saya. Kasihan anak dan istri, karena mutasi hanya menyisakan waktu paling lama sebulan harus sudah berada di tempat baru. Jika istri ikut, saat saya mutasi pasti dia 'tertinggal' dan untuk mengurus mutasi istri saya tentu saja memerlukan waktu yang tidak sebentar. Karena istri saya berstatus PNS pemda yang jika mutasi memerlukan koordinasi dua pemda.
Tetapi itulah jodoh, kita tidak dapat menebak siapa jodoh kita. Kata orang, hanya ada dua kepastian di dunia ini, mati dan bayar pajak. Keduanya tidak dapat dihindari.
Anak pertama saya, Izzul Farisi, akan berumur tiga tahun bulan Agustus nanti. Dia tumbuh jadi anak yang sehat dan cerdas. Dia juga sangat sayang dengan calon adiknya yang masih berada dalam kandungan ibunya. Setiap malam sebelum tidur disempatkannya mengelusi perut ibunya. Bahkan saat terbangun ditengah malam pun dia mencari perut ibunya untuk dielus. Kadang, dia seolah berbicara dengan adiknya.
Izzul juga cerdas, sikapnya seperti bukan anak berumur tiga tahun. Daya ingatnya kuat, pandai menari (gara-gara suka melihat anak SD sebelah latihan menari), sudah mengerti nada dan musik, dia bisa mengikuti musik yang didengar dan bisa langsung menirunya. Dia suka menirukan tanda keberangkatan kereta api di stasiun, dengan nada yang tepat juga temponya. Tapi kalo udah rewel balik lagi deh seperti anak kecil lagi.
Ada saja tingkah lucunya yang mengundang gelak tawa orang-orang di sekelilingnya. Imajinasinya juga tumbuh bagus sekali.
Tahun lalu istri saya mendapat beasiswa melanjutkan program sarjana di kampus UI Depok. Tahun lalu juga 'seharusnya' saya juga kuliah lagi melanjutkan D4 saya. Tapi saya tidak lulus ujian psikotes. Mungkin inilah yang digariskan Allah di tangan saya. Ini mungkin yang terbaik buat saya dan keluarga saat ini.
Klo saya lulus, seharusnya kami dapat berkumpul di Jakarta. Tapi jika kumpul kondisi keuangan akan menjadi labil, karena sebagian besar take home pay saya akan dibayarkan untuk membayar cicilan yang jumlahnya tidak sedikit. Karena jika kuliah D4 yang berstatus sekolah kedinasan, tunjangan kerja saya dipotong hingga tinggal separuhnya saja.
Inilah kehidupan yang harus kami jalani. Dan kami berharap dalam setiap doa kami
sesegera dapat mungkin berkumpul seperti keluarga normal lainnya.
Published with Blogger-droid v1.6.8
09 Mei 2011
Refleksi Enam Tahunan (3)
Selama enam tahun ini, saya sudah mengalami beberapa periode Pemilu. Baik itu Pemilu pilkada, gubernur dan walikota, juga pemilu yang memilih anggota DPR dan DPRD.
Saya memilih di pemilukada gurbenur saja selama di Bangka, sisanya saya memilih di kampung halaman, karena bersamaan dengan jadwal saya pulang kampung, juga karena saya tidak mendapat kartu pemilih lagi. Ini terjadi saat pemilukada walikota.
Sebagai daerah pemekaran, Propinsi Kep. Bangka Belitung bergerak dinamis. Banyak pembangunan yang dikerjakan pemerintah daerah. Beberapa diantaranya malah bersifat mercusuar, yang menurut saya sebagai orang awam tidak terlalu urgent bagi kepentingan masyarakat.
Kendaraan berplat merah juga bersliweran di jalan raya, yang rata-rata bertahun 2005 ke atas. Ini juga termasuk, menurut saya lagi, merupakan pemborosan anggaran oleh pemda.APBD dihambur-hamburkan untuk belanja pegawai, bukan belanja modal. Belanja pegawai di sini termasuk fasilitas-fasilitas yang dinikmati oleh segelintir orang karena kekuasaannya, kedudukannya, dan kewenangannya, sedangkan belanja modal dapat diartikan, pembangunan jalan, pembangunan fasilitas-fasilitas umum, bantuan-bantuan modal bagi wiraswasta, yang akan bermuara pada perbaikan ekonomi masyarakat.
Saya membenarkan perkataan Yusron Ihza Mahendra, yang kalo saya tidak salah kutip, pemda babel (baik propinsi maupun kabupaten/tingkat II) hanya "menyusu" pada APBN, bukan karena menggali PAD yang potensinya belum tergali.
Menurut beliau, kecakapan seorang kepala daerah dalam mendapatkan PAD merupakan ukuran terpenting.
Padahal sangat banyak yang dapat digali di daerah yang kaya akan bahan tambang dan pariwisata yang berkembang dengan pesat.
Belum lagi dari ekspor sarang burung walet yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, royalti timah, perijinan usaha, lahan parkir on-street, kegiatan pelabuhan, bahkan pajak kendaraan bermotor pun dapat digali lebih luas.
Saya heran, banyak sekali mobil-mobil premium (yang harganya di atas 200 juta) dan berkapasitas silinder besar yang masih berplat 'B'. Padahal, dengan pajak sebesar paling rendah 1% dan paling tinggi 2% dari nilai jual kendaraan bermotor, sesuai UU PDRD (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah), maka dalam satu tahun pemilik mobil-mobil tersebut dikenakan pajak sebesar paling sedikit dua juta rupiah. Jadi selama ini pemilik mobil tersebut membayar di Pemda DKI dan sekitarnya (plat B meliputi wilayah Jadetabek).
Dari Pajak Kendaraan Bermotor saja dapat kita lihat berapa banyak potensial loss Pemda Prop Kep. Babel. Jika Pemda serius menggali PAD maka himbauan-himbauan dapat disebarkan oleh dinas terkait, bahkan oleh pejabat kepala daerah langsung, karena biasanya pemilik mobil-mobil premium adalah orang-orang kaya yang mungkin saja kenalan kepala daerah. Himbauan yang bersifat persuasif, demi kepentingan daerah sendiri, mungkin akan lebih mengena bagi para pemilik mobil premium tersebut.
Penggalian PAD akan sukses jika mentalitas pemungutnya baik. Tidak silau karena aliran dana yang bukan menjadi miliknya, tidak tergiur suap dari pemilik modal yang akan menanamkan modalnya tapi maunya dengan jalan pintas, juga tidak rakus memakan harta yang bukan haknya, serta tidak tergiur untuk menghamburkan fasilitas yang tersedia karena jabatan dan kewenangannya.
Saya memilih di pemilukada gurbenur saja selama di Bangka, sisanya saya memilih di kampung halaman, karena bersamaan dengan jadwal saya pulang kampung, juga karena saya tidak mendapat kartu pemilih lagi. Ini terjadi saat pemilukada walikota.
Sebagai daerah pemekaran, Propinsi Kep. Bangka Belitung bergerak dinamis. Banyak pembangunan yang dikerjakan pemerintah daerah. Beberapa diantaranya malah bersifat mercusuar, yang menurut saya sebagai orang awam tidak terlalu urgent bagi kepentingan masyarakat.
Kendaraan berplat merah juga bersliweran di jalan raya, yang rata-rata bertahun 2005 ke atas. Ini juga termasuk, menurut saya lagi, merupakan pemborosan anggaran oleh pemda.APBD dihambur-hamburkan untuk belanja pegawai, bukan belanja modal. Belanja pegawai di sini termasuk fasilitas-fasilitas yang dinikmati oleh segelintir orang karena kekuasaannya, kedudukannya, dan kewenangannya, sedangkan belanja modal dapat diartikan, pembangunan jalan, pembangunan fasilitas-fasilitas umum, bantuan-bantuan modal bagi wiraswasta, yang akan bermuara pada perbaikan ekonomi masyarakat.
Saya membenarkan perkataan Yusron Ihza Mahendra, yang kalo saya tidak salah kutip, pemda babel (baik propinsi maupun kabupaten/tingkat II) hanya "menyusu" pada APBN, bukan karena menggali PAD yang potensinya belum tergali.
Menurut beliau, kecakapan seorang kepala daerah dalam mendapatkan PAD merupakan ukuran terpenting.
Padahal sangat banyak yang dapat digali di daerah yang kaya akan bahan tambang dan pariwisata yang berkembang dengan pesat.
Belum lagi dari ekspor sarang burung walet yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, royalti timah, perijinan usaha, lahan parkir on-street, kegiatan pelabuhan, bahkan pajak kendaraan bermotor pun dapat digali lebih luas.
Saya heran, banyak sekali mobil-mobil premium (yang harganya di atas 200 juta) dan berkapasitas silinder besar yang masih berplat 'B'. Padahal, dengan pajak sebesar paling rendah 1% dan paling tinggi 2% dari nilai jual kendaraan bermotor, sesuai UU PDRD (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah), maka dalam satu tahun pemilik mobil-mobil tersebut dikenakan pajak sebesar paling sedikit dua juta rupiah. Jadi selama ini pemilik mobil tersebut membayar di Pemda DKI dan sekitarnya (plat B meliputi wilayah Jadetabek).
Dari Pajak Kendaraan Bermotor saja dapat kita lihat berapa banyak potensial loss Pemda Prop Kep. Babel. Jika Pemda serius menggali PAD maka himbauan-himbauan dapat disebarkan oleh dinas terkait, bahkan oleh pejabat kepala daerah langsung, karena biasanya pemilik mobil-mobil premium adalah orang-orang kaya yang mungkin saja kenalan kepala daerah. Himbauan yang bersifat persuasif, demi kepentingan daerah sendiri, mungkin akan lebih mengena bagi para pemilik mobil premium tersebut.
Penggalian PAD akan sukses jika mentalitas pemungutnya baik. Tidak silau karena aliran dana yang bukan menjadi miliknya, tidak tergiur suap dari pemilik modal yang akan menanamkan modalnya tapi maunya dengan jalan pintas, juga tidak rakus memakan harta yang bukan haknya, serta tidak tergiur untuk menghamburkan fasilitas yang tersedia karena jabatan dan kewenangannya.
Published with Blogger-droid v1.6.8
07 Mei 2011
Refleksi Enam Tahunan (2)
Banyak kisah yang terjadi selama enam tahun ini. Tentu saja senang dan sedih silih berganti, melengkapi hari.
Banyak kesan yang tertangkap selama awal-awal petualangan saya di Pulau Bangka. Tentang lalu lintasnya yang mulai ramai, tentang ruko-ruko yang tumbuh bak jamur di kayu yang lapuk di musim hujan, tentang banyaknya pendatang yang berbondong-bondong datang ke pulau ini, juga tentang mulai dikenalnya propinsi yang baru berdiri di awal tahun 2000an ini karena novel fenomenal seorang anak asli kelahiran propinsi ini, Laskar Pelangi.
Gersang dan rusak parah, inilah yang saya tangkap pertama kali, bahkan saat saya masih berada di atas pesawat sebelum mendarat. Belakangan saya tahu, bahwa tanah pulau ini, bahkan laut di sekitarnya banyak mengandung bijih timah, bahan utama pembuatan solder dan kaleng kemasan makanan.
Gersang, karena iklim di pulau ini sangat ekstrim, setidaknya menurut saya. Cuaca bisa berubah dengan sangat drastis dalam sekejap. Juga karena tanah pulau ini didominasi oleh pasir, sehingga air hujan yang turun tidak sempat tertahan di dalam tanah, layaknya tanah subur yang mengandung banyak unsur hara. Tidak adanya gunung berapi mungkin saja penyebab tidak suburnya tanah pulau ini, walaupun begitu, pulau ini terdapat bongkahan-bongkahan batu granit berukuran raksasa yang biasanya tersebar di tepi pantai, mungkin saja berasal dari letusan gunung api purba yang dulu pernah aktif di pulau ini.
Jalan-jalan utama di pulau ini sudah pernah saya singgahi, dari ujung paling timur di Pantai Tanjung Berikat, ujung paling utara di Pantai Penyusuk, juga wilayah barat di Kota Muntok, serta ujung selatan di Kota Toboali.
Saya sangat menikmati jalan di pulau ini, masih relatif baru dengan kondisi yang mulus. Tak banyak truk-truk bermuatan berlebih yang melintas di sini. Tak terlihat pula truk gandeng beriringan seperti yang biasa saya lihat di Pantura Jawa.
Kondisi jalan yang masih lengang terutama di jalur luar kota menambah kenikmatan tersendiri. Tetapi pemandangan sepanjang perjalanan terlihat sangat monoton. Kanan kiri jalan biasanya hanya ditumbuhi semak belukar dan hutan, yang kadang diselingi kebun-kebun karet dan lada milik warga. Tumpukan pasir tipis biasa dengan mudah ditemui di tikungan-tikungan jalan yang agak rendah, yang ter-erosi oleh air hujan.
Dengan perumahan warga yang memanjang mengikuti jalan, tak banyak variasi bangunan yang bisa di saksikan. Bentuk paling umum di pulau ini, terutama di perkampungan, adalah bangunan dengan teras yang berpilar dua yang menyangga atap datar yang menaungi teras, yang biasanya kamar tidur utama agak menjorok di samping teras.
Jika anda baru saja datang ke suatu perkampungan, anda akan merasa menemui kampung itu lagi jika anda memasuki kamping lainnya. Tak banyak ke-khas-an (dari ciri fisiknya) suatu kampung yang dapat diingat sepanjang jalan-jalan di pulau Bangka.
Saya suka jalan-jalan, dan mengambil foto tempat-tempat tertentu yang menjadi landmark tempat tersebut. Agar tidak hilang dan sekaligus berbagi dengan orang lain, saya biasa meng-upload di internet, sekaligus menunjukkan di mana lokasi foto ini diambil. Foto-foto saya tersebar di seluruh penjuru Pulau Bangka, dengan menggunakan nick yang sama dengan nick blog ini, saya menempelkan foto-foto tersebut di peta milik Google. Hampir di seluruh kota-kota utama di Pulau Bangka ini ada foto saya jika anda suka melihat-lihat di Google Earth. Beruntung juga, kota-kota utama tersebut biasanya sudah tercitrakan dengan baik di server Google Earth, sampai detil yang sangat jelas melihat rumah-rumah di sana.
Banyak kesan yang tertangkap selama awal-awal petualangan saya di Pulau Bangka. Tentang lalu lintasnya yang mulai ramai, tentang ruko-ruko yang tumbuh bak jamur di kayu yang lapuk di musim hujan, tentang banyaknya pendatang yang berbondong-bondong datang ke pulau ini, juga tentang mulai dikenalnya propinsi yang baru berdiri di awal tahun 2000an ini karena novel fenomenal seorang anak asli kelahiran propinsi ini, Laskar Pelangi.
Gersang dan rusak parah, inilah yang saya tangkap pertama kali, bahkan saat saya masih berada di atas pesawat sebelum mendarat. Belakangan saya tahu, bahwa tanah pulau ini, bahkan laut di sekitarnya banyak mengandung bijih timah, bahan utama pembuatan solder dan kaleng kemasan makanan.
Gersang, karena iklim di pulau ini sangat ekstrim, setidaknya menurut saya. Cuaca bisa berubah dengan sangat drastis dalam sekejap. Juga karena tanah pulau ini didominasi oleh pasir, sehingga air hujan yang turun tidak sempat tertahan di dalam tanah, layaknya tanah subur yang mengandung banyak unsur hara. Tidak adanya gunung berapi mungkin saja penyebab tidak suburnya tanah pulau ini, walaupun begitu, pulau ini terdapat bongkahan-bongkahan batu granit berukuran raksasa yang biasanya tersebar di tepi pantai, mungkin saja berasal dari letusan gunung api purba yang dulu pernah aktif di pulau ini.
Jalan-jalan utama di pulau ini sudah pernah saya singgahi, dari ujung paling timur di Pantai Tanjung Berikat, ujung paling utara di Pantai Penyusuk, juga wilayah barat di Kota Muntok, serta ujung selatan di Kota Toboali.
Saya sangat menikmati jalan di pulau ini, masih relatif baru dengan kondisi yang mulus. Tak banyak truk-truk bermuatan berlebih yang melintas di sini. Tak terlihat pula truk gandeng beriringan seperti yang biasa saya lihat di Pantura Jawa.
Kondisi jalan yang masih lengang terutama di jalur luar kota menambah kenikmatan tersendiri. Tetapi pemandangan sepanjang perjalanan terlihat sangat monoton. Kanan kiri jalan biasanya hanya ditumbuhi semak belukar dan hutan, yang kadang diselingi kebun-kebun karet dan lada milik warga. Tumpukan pasir tipis biasa dengan mudah ditemui di tikungan-tikungan jalan yang agak rendah, yang ter-erosi oleh air hujan.
Dengan perumahan warga yang memanjang mengikuti jalan, tak banyak variasi bangunan yang bisa di saksikan. Bentuk paling umum di pulau ini, terutama di perkampungan, adalah bangunan dengan teras yang berpilar dua yang menyangga atap datar yang menaungi teras, yang biasanya kamar tidur utama agak menjorok di samping teras.
Jika anda baru saja datang ke suatu perkampungan, anda akan merasa menemui kampung itu lagi jika anda memasuki kamping lainnya. Tak banyak ke-khas-an (dari ciri fisiknya) suatu kampung yang dapat diingat sepanjang jalan-jalan di pulau Bangka.
Saya suka jalan-jalan, dan mengambil foto tempat-tempat tertentu yang menjadi landmark tempat tersebut. Agar tidak hilang dan sekaligus berbagi dengan orang lain, saya biasa meng-upload di internet, sekaligus menunjukkan di mana lokasi foto ini diambil. Foto-foto saya tersebar di seluruh penjuru Pulau Bangka, dengan menggunakan nick yang sama dengan nick blog ini, saya menempelkan foto-foto tersebut di peta milik Google. Hampir di seluruh kota-kota utama di Pulau Bangka ini ada foto saya jika anda suka melihat-lihat di Google Earth. Beruntung juga, kota-kota utama tersebut biasanya sudah tercitrakan dengan baik di server Google Earth, sampai detil yang sangat jelas melihat rumah-rumah di sana.
Published with Blogger-droid v1.6.8
06 Mei 2011
Refleksi Enam Tahunan (1)
Tulisan ini saya buat dalam rangka napak tilas perjalanan saya enam tahun silam. Saya akan membaginya dalam beberapa bagian tulisan, karena keterbatasan kapasitas aplikasi pada ponsel saya.
-------------------------------------------------------------
Hari ini, tanggal enam mei enam tahun yang lalu, adalah hari jumat, seperti hari ini.
Hari di mana untuk pertama kalinya saya pergi ke pulau seberang, juga untuk pertama kalinya memasuki airport sekaligus terbang dengan pesawat udara.
Hari di mana saya harus bertugas terpisah jauh dari orangtua. Mencoba peruntungan di tanah seberang.
Jujur saya menangis pada malam keberangkatan saya. Saya merasa bakal sangat merindukan saat-saat santai di rumah, bermain bersama Yanko teman kecil saya yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar, juga saat-saat berkumpul dengan orangtua saya, dengan adik-adik, saat-saat berkeliling keluar masuk kampung, naik turun gunung dengann sepeda motor, serta kenangan-kenangan lain di kampung halaman.
Tetapi kewajiban harus ditunaikan, dan panggilan tugas harus dilaksanakan. Saya juga telah teken kontrak bersedia ditempatkan di seluruh wilayah dimana bendera merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan.
SK penempatan membawa saya ke kota ini, kota pusat pemerintahan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. SK penempatan yang membuat teman-teman kuliah saya bertebaran ke seluruh penjuru Indonesia. Mencoba menikmati keberagaman adat istiadat dari suku-suku yang berbeda, mencoba menikmati perjalanan yang harus ditempuh dengan empat-lima kali berganti moda transportasi yang berbeda.
Inilah kami yang mau tidak mau harus berangkat, walaupun nama kota penempatannya baru pertama kali didengar, walaupun untuk sekedar mencari tau di mana lokasinya harus membuka peta Indonesia dan melebarkan mata untuk mencarinya halaman demi halaman.
Kami menikmatinya, saya menikmatinya.
Kami tetap saling berhubungan, menceritakan daerah penempatannya, membagi foto-foto petualangannya, dan berbagi kisah suka duka di baliknya.
Tak terasa sudah enam tahun berlalu dari hari itu.
Saya, yang tidak tahu apa-apa tentang kota ini, menjejakkan kaki juga di tanah ini.
Ada ritual konyol yang saya lakukan saat itu. Saat sudah di rumah dinas, saya menyebar segenggam tanah yang saya ambil dari depan rumah di kampung halaman, kata ibu saya 'biar betah'.
Entah akibat dari ritual kala itu atau apa, yang jelas takdir saya telah ditentukan oleh tuhan, untuk tetap berada di kota ini sampai sekarang, padahal sebagian besar teman-teman sudah pernah beringsut dari tempatnya semula.
(bersambung.........)
-------------------------------------------------------------
Hari ini, tanggal enam mei enam tahun yang lalu, adalah hari jumat, seperti hari ini.
Hari di mana untuk pertama kalinya saya pergi ke pulau seberang, juga untuk pertama kalinya memasuki airport sekaligus terbang dengan pesawat udara.
Hari di mana saya harus bertugas terpisah jauh dari orangtua. Mencoba peruntungan di tanah seberang.
Jujur saya menangis pada malam keberangkatan saya. Saya merasa bakal sangat merindukan saat-saat santai di rumah, bermain bersama Yanko teman kecil saya yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar, juga saat-saat berkumpul dengan orangtua saya, dengan adik-adik, saat-saat berkeliling keluar masuk kampung, naik turun gunung dengann sepeda motor, serta kenangan-kenangan lain di kampung halaman.
Tetapi kewajiban harus ditunaikan, dan panggilan tugas harus dilaksanakan. Saya juga telah teken kontrak bersedia ditempatkan di seluruh wilayah dimana bendera merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan.
SK penempatan membawa saya ke kota ini, kota pusat pemerintahan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. SK penempatan yang membuat teman-teman kuliah saya bertebaran ke seluruh penjuru Indonesia. Mencoba menikmati keberagaman adat istiadat dari suku-suku yang berbeda, mencoba menikmati perjalanan yang harus ditempuh dengan empat-lima kali berganti moda transportasi yang berbeda.
Inilah kami yang mau tidak mau harus berangkat, walaupun nama kota penempatannya baru pertama kali didengar, walaupun untuk sekedar mencari tau di mana lokasinya harus membuka peta Indonesia dan melebarkan mata untuk mencarinya halaman demi halaman.
Kami menikmatinya, saya menikmatinya.
Kami tetap saling berhubungan, menceritakan daerah penempatannya, membagi foto-foto petualangannya, dan berbagi kisah suka duka di baliknya.
Tak terasa sudah enam tahun berlalu dari hari itu.
Saya, yang tidak tahu apa-apa tentang kota ini, menjejakkan kaki juga di tanah ini.
Ada ritual konyol yang saya lakukan saat itu. Saat sudah di rumah dinas, saya menyebar segenggam tanah yang saya ambil dari depan rumah di kampung halaman, kata ibu saya 'biar betah'.
Entah akibat dari ritual kala itu atau apa, yang jelas takdir saya telah ditentukan oleh tuhan, untuk tetap berada di kota ini sampai sekarang, padahal sebagian besar teman-teman sudah pernah beringsut dari tempatnya semula.
(bersambung.........)
Published with Blogger-droid v1.6.8
Test Posting dari ponsel
Baru nyomot aplikasi di marketnya Android(TM), ini adalah posting pertama via hape.
Semoga saya jadi rajin update blog ini.
Semoga saya jadi rajin update blog ini.
Published with Blogger-droid v1.6.8
Langganan:
Postingan (Atom)