Suatu sore di hari sabtu (2/7) yang panas saat memandikan Izzul, saya mendapat telepon yang tak terduga. Teman saya meminta diantarkan ke suatu acara di Gunung Maras. Setelah minta ijin istri akhirnya saya berencana mengajak serta Izzul, mandi cepat-cepat, makan yang serba cepat, tapi hanya sedikit, karena sebelumnya Izzul mulutnya kena air panas saat minum susu.
Sebelumnya saya menelpon temen saya menanyakan berapa orang dalam satu mobil. Ternyata cuma tiga rang, akhirnya positif, Izzul bisa ikut, karena anak saya ini punya kebiasaan duduk di bangku depan sendirian, dia tidak mau dipangku. Kalau hanya tiga orang, bisalah mereka bertiga di belakang Izzul di depan :)
|
Foto pertama kali Izzul berani duduk di depan sendirian. Tetap Safety dg Seatbelt |
Selepas sholat Maghrib di Masjid Assaadah di Simpang Gabek, saya segera meluncur ke tempat teman saya. Dan benar saja, saat mengambil mobil pinjaman dia langsung minta duduk sendiri di depan. Kami segera berangkat. Ternyata kami berangkat selepas Isya karena satu dan lain hal. Kami berjamaah di Masjid di depan kantor KPP Pratama Bangka. Setelah itu segera meluncur ke arah Sungailiat.dan seperti biasa, Izzul sudah terlelap di kursinya sebelum belokan pertama di depan Graha Loka.
Touring bermobil saya malam itu seperti menapaktilasi touring saya sebelumnya yang pernah saya tulis
di sini. Suasana lalu lintas di Jalan Raya Pk.Pinang Sungailiat malam hari sangat berbeda di siang hari. Jalan tanpa penerangan dengan kecepatan lalu lalang kendaraan yang cukup tinggi cukup membuat mata melek dan kaki-kaki waspada untuk berpindah kopling-rem-gas. Jalanan masih ramai, karena saat itu masih hitungan sore, belum terlalu larut. Sejam kemudian (lama amat :D) sampai juga di Kota Sungailiat, berhenti sebentar untuk membeli barang titipan keperluan panitia acara.
Saya turun juga untuk membeli air minum. Di warung di depan Puncak Mall Sungailiat, saya menemukan penjual Aqua botolan, segera saya hampiri toko tersebut, eh busyet, ternyata warungnya fullmusik. Dentuman suara musik mengalun di beberapa warung, tampak pengunjung menikmati dentuman tersebut sambil makan kacang. Kok bisa warung seperti ini ada di tengah kota, bisa dibilang ini warung buat dugem skala kecil, dengan mbak-mbak pelayan yang berpakaian seksi dan berdandan menor, berada di depan sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota Sungailiat dan di tengah kota!!!.
Selepas Kota Sungailiat jalanan mulai sepi, jalanan terasa mulus ke arah Utara. Tetapi tak berapa jauh, ada proyek pelebaran jalan dengan tumpukan pasir dan material di kanan-kiri jalan yang menurut saya sangat membahayakan pengguna jalan. Jalan yang sempit menjadi semakin sempit dengan tumpukan material tersebut. Jalan asli (sebelum dilebarkan) sangat sempit, yang hanya pas untuk berpapasan dua mobil saja, tapi masih sangat mulus, jadi masih bisa melaju dengan kencang di sana. Lagi enak-enaknya nikung kanan-kiri dan rebah-rebahan (emangnya motor :D) tiba-tiba disodori jalan ancur sisa proyek pembangunan saluran air yang baru saja selesai, sehingga semua penumpang termasuk saya dan barang-barang seisi mobil ikut berloncatan. untungnya Izzul tidak terbangun. Selepas guncangan hebat tersebut saya mengurangi kecepatan, feeling saya, akan banyak hal serupa di depan, ternyata memang benar, sejauh tujuh kilometer di depan, beberapa kali saya temui kondisi jalan serupa, dengan tumpukan batu dan pasir untuk proyek pelebaran jalan.
Saya mengira proyek pelebaran akan jauh hingga Belinyu (kota di utara Sungailiat), tetapi ternyata yang baru dikerjakan sejauh 7 kilometer. Selepas itu jalan mulus dengan kondisi gelap gulita tanpa penerangan jalan. Kondisi yang gelap dan sepi menggoda saya untuk melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Jangan dikira kecepatan tinggi bisa diraih di sini. Setiap kali saya melirik Speedometer, paling banter hanya sedikit di atas 60km/jam, tak lebih dari itu.
Beda kecepatan 5 km/jam sangat penting buat kendaraan, baik mobil ataupun motor.
Kecepatan yang lebih rendah membantu mencegah tabrakan. Bahkan 5 km/jam perbedaan dalam kecepatan dapat memiliki dampak besar pada jarak berhenti. Jika dua kendaraan bepergian berdampingan, satu di 60 km/jam dan satu di 65 km/jam, kendaraan berjalan pada 65 km/jam akan membutuhkan 4 meter tambahan untuk berhenti. Meskipun 4 meter mungkin tampaknya tidak seberapa jauh, kendaraan kehilangan setengah kecepatan mereka dalam 5 meter terakhir. Apa artinya tepatnya? Sementara kendaraan dengan kecepatan 60km/jam hampir berhenti dan hanya berkecepatan 5 km/jam, kendaraan lain masih punya kecepatan 27 km/jam. Dampak kecelakaan akan sangat berbeda walaupun terlihat selisih kecepatan hanya 5 km/jam. Lain kali jika ada waktu saya akan menuliskan sendiri bahasan ini.
Jika saat bermotor saya berani bermain rebah-rebahan di kecepatan 90 km/jam keatas (seperti yang saya tulis di postingan
sebelumnya), tapi tidak dengan mobil. Apalagi saya tidak terlalu hafal jalan Sungailiat-Belinyu, ditambah kondisi gelap yang bahkan saya tidak tahu akan berbelok kemana jika saya tidak menyalakan
lampu jauh mobil. Saya mengibaratkan berkendara malam itu seperti naik
rollercoaster tanpa tahu belokan selanjutnya akan bermanuver ke kanan atau ke kiri.
Mata waspada, kaki siaga. Itulah keadaan saya saat itu, karena saya membawa penumpang orang penting di suatu acara dan Izzul yang lagi enak tidur. Saya tidak mau membangunkan Izzul karena pengereman mendadak saya, apalagi karena kecelakaan. Tak lupa memainkan lampu jauh-dekat, saya meliuk-liukkan mobil mengikuti jalan. Menurut pengalaman saya berkendara, Jalan Sungailiat-Belinyu termasuk banyak tikungannya juga berkontur naik turun. Ditambah kondisi gelap dan melewati hutan semak belukar dan kebun warga, jika tidak waspada dan pandai berkendara sangat tidak dianjurkan memacu kendaraan di jalan ini. Seperti yang saya bicarakan di atas, kecepatan saya tidak lebih cepat dari kisaran 60 km/jam.
Sampai di Simpang Lumut (sekitar 30 km dari Sungailiat), saya masuk ke arah Gunung Maras, jika siang harinya saja terasa adem, ternyata malam hari pukul 22.00 WIB kabut turun menghalangi jalan, sampai mengembunkan kaca depan mobil. Tempat acara berlangsung 16 km dari Simpang Lumut. Benar-benar gelap dan jauh dari mana-mana. Begitu penumpang saya drop, saya putar balik pulang. Tak lupa membersihkan kaca depan mobil dengan sisa air botol yang saya beli di Sungailiat tadi, karena air pembersih kaca depan rupanya kosong, dan kaca depan sudah kotor karena kabut yang tersapu wiper yang memang sudah kotor.
Perjalanan pulang lebih seru, karena saya tidak lagi ditemani obrolan penumpang saya, Izzul masih saja terlelap. Suasana sepi menjalari isi kabin, radio sudah tak bersiaran, kaset tidak ada, dan tak ada teman yang terjaga. Kondisi jalan makin sepi, hanya satu dua kendaraan berpapasan. Tapi saya menikmatinya.
Sampai di kontrakan tengah malam, saya pelan-pelan membangunkan Izzul, dan menggendongnya pulang ke rumah. kayaknya Izzul menikmati sekali tidurnya di dalam mobil. Sebelumnya memang dia sangat menikmati perjalanan di mobil, pernah dari Jakarta ke Tegal malam hari selama 5 jam tertidur pulas di bangku depan. Bangun saat saya mengganti ban kanan belakang yang bocor, 500 meter dari rumah mertua.
Demikian touring saya malam itu, itung-itung mengobati kerinduan Izzul tidur di kursi depan mobil saat berkendara.
Salam :)