14 Mei 2015

Jalibang Strikes Again, Back to the Right Track

Rute Perjalanan

Dear pembaca sekalian,
sudah lama sekali saya tidak pernah meng-update blog saya ini.

Kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan saya, perjalanan menaiki Jalibang motor saya.

Setelah pindah kerja, waktu touring saya hanya bisa dilakukan malam hari, itu pun hanya jika hari Sabtu saya ada kuliah, malam sabtu itulah saya biasanya saya jalan-jalan. Banyak sekali perjalanan yang saya ingin tulis, semuanya sudah saya peta-kan dengan aplikasi My Tracks dari Google Play. Secara kasar hampir semua jalan utama di Banten dan Jawa Barat bagian paling barat sudah saya jelajahi. Lain waktu saya bagi, setidaknya petanya saja. di peta tersebut ada gambaran berapa lama perjalanan (moving time dan idle time), kecepatan maksimum, elevasi dan keteranga-keterangan lain.

Baiklah, mari kita bahas rute kita kali ini.

Saya berangkat jam 12 malam start dari Kwitang, setelah mengisi perut dan minum segelas kopi Jalibang dan saya langsung menuju selatan Jakarta lewat jalan HR Rasuna Said, melewati perempatan Mampang terus ke selatan hingga sampai perempatan yang sejajar dengan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta saya belok ke kiri mengarah Barat.

Jalanan masih ramai, biasanya saya bertemu dengan satu dua rombongan touring, tapi kali ini tidak. Hanya lalu lalang orang dengan berbagai keperluan.

Memasuki Ciputat jalan mulai agak lengang, hanya satu dua motor yang searah dengan perjalanan saya dan makin sepi setelah Ciputat-Pamulang dan Parung.

Saya merasa Jalibang ada masalah di rodanya, Ternyata ban belakang Jalibang bocor alus, setelah saya menemukan paku kecil yang menancap. Sedikit dipaksakan, saya mencari tukang tambal ban, yang kebetulan alhamdulillah tak jauh dari tempat saya mengecek ban tadi. Sayang saya lupa mengambil gambar saat penggarapan penggantian ban dalam. Saya lebih memilih mengganti ban dalam daripada hanya ditambal, disamping lebih lama, proses membuka ban dalam Jalibang ternyata susah minta ampun, jadi harus dibuka ban dari porosnya, jadi, ya terpaksa ganti ban dalam saja.

Lanjut, setelah ganti ban dalam, saya segera melanjutkan perjalanan. Jalan Parung menuju Bogor makin sepi. Waktu menunjukan jam 2 dini hari. Alamaak....

Oke, Bismillah, A'udzu bi kalimatillah at-taammah min syarri ma khalaq

Jalan di depan Kampus IPB Darmaga tampak lengang, Makin ke Barat makin sepi. Untung lampu kabut saya sangat membantu. Lampu LED dengan 6 titik masing-masing 3 watt kanan dan kiri sangat terang membuka jalan di depan Jalibang yang saya nyalakan hanya jika tidak ada kendaraan lain yang berlawanan arah dengan Jalibang.

lampu kabut Jalibang, foto ini diambil sore hari sebelum dicuci setelah perjalanan ini

Melewati Pasar Leuwiliang yang ramai, segera saya disuguhi awal perjalanan yang sesungguhnya. Selepas tanjakan yang menikung tak jauh dari pasar tadi kebun sawit menghampar di kanan-kiri jalan. Sebelumnya saya tidak menyangka ada kebun sawit di Pulau Jawa, biasanya perkebunan kelapa sawit hanya ada di luar Pulau Jawa yang tanahnya masih luas dan penduduknya sedikit.




Gambar-gambar kebun kelapa sawit di atas diambil siang hari di perjalanan saya sebelumnya. Bagaimana suasana saat malam hari, jam setengah tiga malam? Benar-benar gelap gulita!
dan saya tidak berani sekedar berhenti mengambil gambar.
Hanya satu dua kendaraan yang berpapasan, seringnya tidak ada satu pun. Jalan ini masih jalan utama, menghubungkan Bogor dengan Jasinga, yang bisa tembus ke Rangkas Bitung dan Pandeglang.

Di suatu persimpangan ada petunjuk ke arah Parung Panjang dan Tangerang, ke situ lah saya dan Jalibang menuju. Perjalanan sesungguhnya.

foto ini diambil dari arah Barat (Jasinga) bukan dari Timur (Bogor)
Jika dari arah Bogor, dari persimpangan akan berbelok ke kanan. tak jauh dari sini kebun sawit segera mendominasi. Di sini pula sudah tidak ada kendaraan lain satu pun, karena bukan jalan utama, terlebih karena kondisi jalan yang ternyata sangat buruk. Kenyataan ini saya temui tak lama setelah melewati persimpangan.

Awal-awal jalan masih mulus, jalan beton mulus berkelak-kelok di antara tanaman sawit. Jalibang bisa dipacu maksimal. Tak lama Jalibang harus mengerem mendadak, karena mulusnya jalan beton tidak lama, segera disambut pecahan dan patahan beton yang tampaknya rusak karena beban kendaraan. Di sini terdapat Pondok Pesantren Darunnajah 2, yang berlokasi di desa Cipining.

Saya pernah merasakan perjalanan malam di Pulau Bangka yang juga banyak perkebunan kelapa sawitnya. Kondisi perjalanan kali ini tidak sesepi saat di Bangka. Di sana perkebunan sawit begitu mendominasi, jarak antar pemukiman penduduk terasa begitu jauh. Sedangkan di sini, jarak antar pemukiman dekat, di antara kebun ada satu dua rumah. Keunggulan jalan di Bangka yang mulus tidak bisa dibandingkan, di sini jalanan begitu rusak. Walaupun demikian suasana sepinya sama saja, suasana mencekamnya sama.

Tak jauh dari kebun kelapa sawit saya bertemu truk-truk besar yang sepertinya mengangkut batu.



Satu-persatu truk-truk besar itu saling bergantian melewati jalan rusak yang sempit. Jalan ukuran kampung tetapi dilewati puluhan truk seperti di atas. Di daerah kampung halaman saya, ada juga daerah pertambangan batu. Truk di sana hanya punya satu poros di bagian belakangnya. Di sini rata-rata berporos dua dengan besar bak yang bisa saja satu setengah kali lipat lebih besar.




Kondisi jalan yang becek sehabis hujan makin menyulitkan saya dan Jalibang melewatinya. Jalanan seperti gundukan batu kerikil yang disebar begitu saja di jalan. Sungguh perjalanan yang sangat berat. Saya harus pintar-pintar memilih jalan, menghindari batu-batu licin, kubangan lumpur, dan gundukan pasir yang setiap saat bisa membuat jatuh pengendara motor yang tidak waspada. Dan saya melewatinya jam setengah empat pagi!

Truk-truk besar itu, dengan 10 rodanya seperti tidak ada halangan melewati jalan seperti ini. Walaupun ada satu dua yang mogok entah karena mesinnya rusak atau pun as rodanya patah tak kuat menahan beban.

kondisi jalan seperti ini sejauh berkilo-kilo meter

Truk-truk besar ini pula yang membuat suasana jalan menjadi ramai. tampaknya daerah Rumpin ini merupakan daerah pertambangan batu, baik kerikil untuk adonan beton maupun bongkahan batu besar untuk pondasi bangunan.

Sesampainya di daerah puspitek, saya salah mengambil jalan. Jika di lihat dari peta di atas saya sempat mengarah ke Gunung Sindur. Lumayan harus balik lagi lumayan jauh. Seharusnya, di perempatan Puspitek lurus saja, tetapi saya malah belok kanan, mungkin salah membaca petunjuk jalan karena masih gelap, walaupun saat itu sudah memasuki waktu subuh. Setelah sholat shubuh di masjid pinggir jalan saat berbalik arah saya sempatkan membaca peta di hape saya untuk menemukan di mana posisi saya sebenarnya.

Menemukan jalan yang kita kenal sebelumnya sungguh melegakan. Apalagi setelah semua kesulitan dan kesusahan yang ditemui di jalan yang belum pernah kita lalui. Perasaan segera sampai membuat perjalanan makin ringan.

Mumpung masih pagi, saya sempatkan jalan-jalan dulu ke tempat adik saya. Tak lupa berpose di depan tempat saya sekolah dulu yang kini wajah halaman depannya dipermak habis jadi lebih baik.

Demikian perjalanan saya kali ini.
Salam hormat dari Jalibang



Sumber Peta:
Rute Perjalanan Jalibang