07 Desember 2011

Jalur Cikamurang-Sadang

Seusai ikut ujian saringan masuk untuk melanjutkan kuliah, saya menyempatkan diri pulang kampung ke Tegal. Kali ini hanya bersama Izzul saya berkendara bolak-balik Depok-Tegal pulang pergi. Ibunya Izzul juga Ayesha karena masih ada jadwal kuliah tidak ikut bersama kami.

Perjalanan dari Depok ke Tegal saya lalui lewat jalur yang selama ini biasa kami lalui yaitu jalur Pantura. Sedangkan pulangnya, saya menyengajakan melewati jalur tengah Jawa Barat, yang melalui kota Cikamurang-Subang-Sadang.

Jalur ini bertemu jalur Pantura di Palimanan, jika dari arah timur, saya lurus saja di pertigaan Palimanan


Lihat Peta Lebih Besar

Dari sini jelas sekali kualitas jalan antara Jalur Pantura dengan Jalur Tengah. Jika Jalur Pantura mulus walau sering juga menemui jalan bergelombang dan berlubang di sana-sini maka jalur Tengah terkesan apa adanya, tanpa perbaikan hanya tambal sulam.

Jalur pantura banyak proyek perbaikan jalan, dengan cara dikeruk terlebih dahulu baru kemudian diaspal ulang. tapi di jalur tengah yang saya lewati, perbaikan hanya berupa penambalan sisi-sisi bahu jalan.



Jalur ini adalah jalur utama Cirebon-Bandung. lalu lintas masih dua arah tanpa ada pembatas jalan kecuali memasuki kawasan perkotaan.Melewati sentra produksi genteng tanah liat yang terkenal yaitu Jatiwangi.

Pertigaan ke arah Subang yang disebut-sebut sebagai Jalur Tengah Jawa Barat ini letaknya agak tersamar dan tidak banyak rambu lalu lintas yang menunjukkannya, sehingga jika anda melewatinya dari arah timur atau dari Cirebon, Pertigaannya tajam dan terdapat pos penjagaan Polisi yang dijaga oleh warga sekitar yang membantu pengendara yang hendak ke arah Cikamurang atau Subang. Pertigaan ini termasuk wilayah Majalengka (cmiiw).


Lihat Peta Lebih Besar

Selepas pertigaan ini jalan begitu bumpy sehingga membutuhkan konsentrasi yang lebih bagi para pengendara. Jalur yang sempit tanpa median jalan membuat berkendara di sini harus ekstra hati, terutama jika mendapati angkutan antar kota yang berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang.

Jalur ini juga melewati hutan yang tampaknya habis digunduli (kondisi November 2011). Sepanjang jalan hanya berupa tunggul-tunggul kayu yang ditebang. Saya tidak tahu apakah ini sengaja untuk peremajaan tanaman atau memang habis dibabat karena diambil kayunya. Saat melewati jalur ini, siang hari terasa bengitu menyengat, setelan AC mobil sampai daya naikkan dua kali lipat dari biasanya.

Tak banyak juga perkampungan di sini, melulu hanya hutan yang gundul.

Di Jalur Tengah banyak terdapat jalur beton yang sedang dalam proses pembangunan. Pembangunannya tidak serentak, sebagian jalan sudah selesai, sebagian lain belum. Pada bagian pembangunan jalan yang dibeton memakai sistem buka tutup jalan, karena jalan beton ini jukup tinggi dengan tanah disampingnya sehingga kendaraan tidak dapat turun dari badan jalan. Kendaraan bergantian melewati satu sisi jalan dengan dipandu pemuda sekitar yang membuka pos di awal dan akhir proyek untuk membuka dan menutup arus kendaraan. terkadang antriannya begitu lama karena jalur yang sedang dibangun cukup panjang sehingga menunggu kendaraan di muka sampai habis dulu baru kendaraan arah kita bisa melaluinya.

Tak lupa mengingatkan untuk menyiapkan banyak recehan karena pemuda-pemuda sekitar ini mengutip "biaya" atas jasanya membuka dan menutup jalan ini.


Di antara jalan-jalan beton terdapat jalan yang lurus sampai berkilo-kilo meter jauhnya, yang mungkin bisa dikategorikan sebagai jalan lurus terpanjang di Indonesia, tapi ingat anda tidak bisa mengebut di sini karena jalan yang sempit dengan beda ketinggian jalan yang sangat tinggi, yang apabila anda terperosok dalam kecepatan tinggi dipastikan kendaraan anda akan terguling-guling beberapa kali sebelum berhenti menabrak pohon di sekitar jalan.


Lihat Peta Lebih Besar
Saya sangat tidak menikmati jalur Cikamurang-Subang ini. Panas, gersang, sepi, dan jalan yang sangat bergelombang, membuat perjalanan sangat menjemukan dan melelahkan. Satu lagi, tidak ada SPBU satu pun di sepanjang 80km lebih. Jika anda mencoba melewati jalur ini bersiaplah dengan bahan bakar juga kondisi ban kendaraan anda.

Rambu penanda jarak mudah ditemui di jalur Cikamurang-Subang ini. Seakan sengaja dipasang untuk menentramkan hati pengendara bahwa jalur maut ini akan segera berakhir sekian kilometer ke depan.

Memasuki Kota Subang hawa adem datang, karena banyak pohon di kanan-kiri jalan. Sebenarnya tidak memasuki, karena hanya melewati luar kota saja dan langsung keluar lagi menuju jalan arah Sadang.

Jalur menuju Sadang ini banyak terdapat pabrik. Dari namanya sepertinya pabrik-pabrik ini perusahaan PMA asal Korea. Terdapat juga kebun PTPN. Banyak truk-truk besar mengangkut hasil produksi dan bahan baku bersliweran di sini membuat jalan begitu bumpy. Kemacetan juga mewarnai perjalanan saya tempo hari.

Di rambu penanda jarak, jarak Subang menuju Sadang 40km, seya sedikit lebih tenang, karena jalan jauh lebih ramai dari jalur sebelumnya.

Sepanjang pertengahan Cikamurang-Subang sampai dalam Tol Cikampek Izzul tertidur, bahkan sampai mengompol. Saya sendiri yang nggak tega membangunkannya untuk berhenti kencing di SPBU, karena tidurnya begitu nyenyak.

Akhirnya sampai Depok jam empat sore setelah berangkat dari Tegal jam setengah delapan. Lumayan menguras energi karena melalui jalur baru yang pertama kali saya lalui tidak seperti yang saya harapkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar