12 Juli 2010

The next destination: SELATAN BANGKA (part 1)

Touring saya kali ini lebih terencana dari pada minggu kemarin. Motor saya cek kondisi bannya, dan kebetulan memang ada sedikt bocor yang memaksa saya harus menunggu tukang tambal ban buka, karena saya memang terlalu pagi saat datang ke tempatnya.

Persiapan selanjutnya, bahan bakar ekstra, karena si Tibu tangkinya kecil dan jalan di daerah selatan Bangka jarang sekali ada SPBU. Solusi yang saya terapkan adalah membawa derijen buat nampung pertamax cadangan, lagi-lagi saya mempercayakan si Tibu disodori pertamax untuk perjalanan kali ini.

Pertamax daya isi di SPBU Kampung Keramat, 50 rebu, untuk si Tibu Cuma muat 20 rebu, masih sisa dari touring minggu sebelumnya, 30 rebu saya masukkan ke dalam derigen, maklum belum punya motor dengen tangki bensin besar. Saya lagi naksir Kawasaki D Trackerz nih, doain saya ya…

Bicara tentang rute perjalanan, Pangkal Pinang – Sungai Selan cukup padat dengan lalu-lalang kendaraan. Si Tibu tidak terlalu dibejek gasnya, sambil menikmati perjalanan pagi yang masih hangat. Yang disayangkan dalam touring kali ini, saya bener-bener melupakan mengingat-ingat jarak antar tempat, padahal hal ini bisa jadi referensi bagi rekan-rekan lain yang ingin menjajal rute yang saya lalui.

Sampai di pertigaan Simpang Katis saya membelokkan si Tibu ke arah kiri, yang memang sudah saya rencanakan. Jalur di sini aspalnya cukup mulus dengan kontur naik turun khas pebukitan. Jalan ini sangat tipikal jalan di Pulau Bangka, berpasir, jadi hati-hati saat menikung, terutama bagi pengendara sepeda motor.



sumber gambar


Sampai di desa Puput ada pertigaan lagi, klo lurus menuju Namang yang akan terus tembus ke Kota Koba, sedangkan belok kanan menuju Simpang Rimba. Saya memutuskan belok kanan untuk mencari sensasi baru jalanan di P.Bangka. Lagi-lagi saya menemui jalan aspal halus yang lengang, yang sangat enak untuk membejek throttle dengan bukaan penuh.





Jalan yang saya lalui merupakan jalan lintas tengah Pulau Bangka, walaupun nama resminya bukan jalan lintas tengah, sebut saja demikian karena memang melewati bagian tengah pulau ini. Perkebunan sawit tersuguhkan di kanan-kiri sepanjang jalan, tampaknya ada ekspansi besar-besaran perusahaan minyak sawit dalam membuka perkebunannya. Kebanyakan kebun sawit yang saya lalui merupakan kebun baru, yang masih belum berproduksi

Saya benar-benar keasyikan mengendarai si Tibu, jalan lengan, aspal halus, sangat memanjakan pengendara sepeda motor. Deretan pohon sawit seakan tak putus-putus. Mungkin saat ini Sawit lah yang jadi akan menjadi andalan warga Bangka Tengah pasca kejayaan tambang Timah.

Tak terasa saya sudah memasuki pintu gerbang Kabupaten Bangka Selatan. Berhenti dulu sebentar sambil mengabadikannya.

Dari sini saya memasuki kecamatan Payung, menurut perkiraan saya dari watu tempuh dan kecepatan saat itu, jarak antara gerbang ini dengan kecamatan Payung sekitar 15 km, mungkin perkiraan saya ini salah, tapi buat kira-kira saja tak apa lah.


sumber gambar

Memasuki Kecamatan Payung, lebih tepatnya Desa Payung saya memelankan si Tibu, ada yang tak beres dengan tutup lampunya, saat memasuki jalan jelek selepas gerbang tadi mungkin ada sesuatu yang kendor. Tak lama kemudian saya berhenti, pas di depan balai desa Payung.



sumber gambar

Selepas desa Payung si Tibu saya geber kembali. Tapi jalan jelek memaksa saya untuk tidak membejek throttle terlalu dalam. Rute Payung - Air Gegas yang saya lalui ini memang masih buruk kondisinya, apalagi genangan air hujan membuat lubang-lubang besar yang sedikit mengganggu kenikmatan berkendara. Hal ini berlanjut sampai memasuki desa Nyelanding, setelah melewati desa Sengir dan Bedengung yang masih masuk Kabupaten Bangka Selatan. di Desa Bedengung ada pertigaan dengan percabangan ke Batu Belubang dan ke Nyelanding - Air Gegas

Selepas desa Nyelanding hujan turun agak deras, mengharuskan saya berteduh sebentar, sekaligus ambil foto buat dokumentasi. Entah apa maksudnya, di papan penunjuk jalan di sebutkan "Desa Nyelanding 95 KM", 95 km dari mana?




sumber gambar

Buruknya kondisi jalan berlanjut tambah parah selepas desa Nyelanding, Bahkan di satu titik, karena terlalu parah kondisi jalan, memaksa kendaraan yang lewat harus satu-persatu terutama kendaraan roda empat. Kesempatan menunggu giliran lewat saya sempatkan mengambil gambar (klik gambar untuk memberbesar).



sumber gambar

Selepas desa Nyelanding, saya memasuki simpang Air Gegas. Persimpangan salah satu jalan utama P.Bangka. Di sini saya beristirahat dulu untuk meluruskan kaki dan mendinginkan mesin dan ban si Tibu.




sumber gambar


Sekitas lima belas menit kemudian saya melajukan kembali si Tibu. Jalan Air Gegas -Koba sangat mulus karena baru saja selesai di lebarkan dan diaspal kembali, salut kepada Pemda setempat. di jalan ini it's feel free to maximized your speed, kebut abis-abisan.... :-)

Memasuki desa Air Bara saya menurunkan tensi balap saya, dan berhenti sejenak untuk mengambil gambar berikut.





sumber gambar


Di Desa ini juga ada pertigaan yang mengarah ke desa Payung lagi, belok ke sana lagi ah....

Coba jalan baru, seperti yang saya bilang di post sebelumnya, berkendara di jalan yang sudah pernah dilewati sangt tidak bhidup, tidak berasa, dan kurang berkesan, maka saya belokkan motor ke arah kiri memasuki desa Payung lagi. Jaraknya sekitar 30 km.


sumber gambar

1 komentar: