28 Februari 2011

Jalur alternatif Pangkalpinang - Koba

Jarak Pangkal Pinang - Koba yang tak seberapa jauh membuat banyak orang yang "nglaju" bila bekerja di kedua kota tersebut. Ada orang Pangkal Pinang yang bekerja di Koba, juga orang Koba yang bekerja di Pangkal Pinang. Kebanyakan dari mereka adalah Pegawai Negeri Sipil. Hal ini bisa dilihat setiap pagi di depan RSUD Depati Hamzah sebagai meeting point para PNS penglaju.
Jalur ini merupakan jalur padat, dengan berbagai kendaraan baik niaga maupun pribadi yang lalu-lalang melintasinya. Tak sedikit pula kendaraan roda dua juga digunakan para penglaju.
Pelebaran jalan di jalur ini dilakukan kurang lebih tahun 2008. Dari sebelumnya sangat pas untuk kendaraan roda empat yang berpapasan, sekarang agak lebar walaupun belum sampai empat lajur jalan (dua di kanan dua di kiri).

Jalur alternatif sebagaimana judul tulisan ini tidaklah total alternatif, hanya sebagian saja, kurang lebih separuh jalan lah dari total 60 km Pangkal Pinang - Koba.
Jika anda berkendara dari arah Koba, entry point jalur ini berada di desa Namang, sebelah kanan jalan. Ada penunjuk jalan "Makorem 045" di sana, dengan jarak sekitar 4,5 km.

Begitu anda membelokkan kendaraan anda masuk jalur alternatif ini, anda akan disuguhi rindangnya pepohonan di kanan kiri jalan, yang akan berujung di sebuah lapangan bola yang biasa digunakan warga sekitar.
Selepas lapangan bola, pemandangan didominasi kebun-kebun warga yang ditanami tanaman-tanaman pendek, seperti nanas, sawit yang baru ditanam, tak jarang pula kebun-kebun karet.
Jika anda menggunakan kendaraan roda dua, akan sangat terasa sekali kenikmatan jalur alternatif ini. Jalan aspal hotmix mulus dengan jalan yang berkela-kelok emnambah keasyikkan berkendara.
Tapi jangan lengah mendekati Makorem yang tanda penunjuk jalannya kita temui di awal jalur ini, anda akan menemui speedbump, alias polisi tidur yang cukup kasar, kasar dalam artian dibuat tidak dengan standard pembuatan polisi tidur yang benar yang akan membuat kendaraan anda terguncang hebat jika anda melewatinya dengan kecepatan diatas 50 km/jam. Jadi anda harus mengurangi kecepatan begitu memasuki km 4 dari awal anda masuk tadi.
Sangat disayangkan pihak pembuat polisi tidur tidak membuat tanda-tanda bahwa di muka akan ada polisi tidur, sehingga mungkin orang-orang yang baru pertama kali melewati jalur ini akan terkejut, karena terbawa kondisi kecepatan kendaraan yang tinggi melewati jalan yang mulus berhotmix ini. Semoga setelah tulisan ini dibuat sudah ada penandanya.
Jalur alternatif ini cenderung sangat sepi, hanya satu-dua orang saja yang melewati jalur ini, sehingga mungkin maksud pembuat polisi tidur ini agar pengendara yang melintas tidak berkendara dengan kecepatan tinggi saat melewati Makorem 045.
Selepas Makorem 045, anda bisa menikmati kembali berpacu di jalur ini. jalan berkelak-kelok tetap tersaji di hadapan anda, tentu saja dengan aspal yang mulus. Anda juga bisa menguji kecakapan cornering anda, menguji mental anda juga. Saya sarankan tetap berhati-hati dengan tidak memacu kendaraan anda terlalu cepat, karena anda tidak akan menyangka apa yang melintas di hadapan anda.
Jalur alternatif ini tidak menyusur pantai seperti jalur Koba - Penyak. Satu-satunya jalan yang menyusur pantai berada di Desa Bhaskara Bakti yang masih termasuk ke dalam Kecamatan Namang.

Pantai ini berupa teluk kecil yang ditumbuhi tanaman bakau. Di kejauhan tempak beberapa ponton tempat para pekerja TI mengais rejekinya di tepian pantai.
Jalan yang menyusuri pantai ini tidak terlampau panjang, hanya sekitar 100 sampai 200 meter, setelah itu anda akan memasuki pusat Desa Bhaskara Bakti. Jika cuaca mendung dan basah, kabut akan muncul sepanjang jalan ini.
Kelok-kelok jalan tidak berhenti sampai sini, selanjutnya anda akan seringkali menemui tikungan-tikungan patah yang memaksa anda menurunkan kecepatan. Hati-hati juga dengan pasir yang biasanya mengumpul justru di titik paling krusial di tikungan. Memang beginilah tipikal jalan di Pulau bangka, tak jauh-jauh dari pasir.
Setelah desa Bhaskara Bakti, anda akan memasuki desa Kayu Besi.

Markas Komando Brimob ada di desa berikutnya yaitu Desa Tanjung Gunung. Berada di puncak bukit Mako Brimob Polda Babel ini terlihat sangat megah, apalagi dilihat dari kejauhan.

Jika anda sudah sampai sini, anda hanya perlu mengikuti jalan ini, dan tidak perlu mengambil persimpangan-persimpangan yang ada. Terakhir anda akan menemui belokan tajam ke kanan (bukan persimpangan, hanya sebuah tikungan) yang cukup ramai, dan terdapat sebuah SPBU di sudut pertigaan setelah tikungan tadi. Ini sudah termasuk Desa Benteng yang masuk dalam Kecamatan Pangkalan Baru Bangka Tengah. Koordinat -2.16986, 106.176338.
Dari pertigaan SPBU ini, ambil jalan ke kiri. dan setelah sampai Puskesmas Benteng akan ada pertigaan lagi. Ini pilihan buat anda, jalan ke kiri anda akam memasuki kota Pangkal Pinang melalui kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, sedang jalan ke kanan anda akan disuguhi perumahan-perumahan sepanjang jalan di Desa Sampur dan Air Itam, kedua jalan ini akan bertemu kembali di pintu masuk komplek perkantoran tersebut dari arah Kota Pangkal Pinang.

Demikianlah rete jalur alternatif Pangkal Pinang - Koba, mohon maaf jika rute berawal dari arah Koba, bukan dari Pangkal Pinang. Selamat jalan-jalan......


update : link GPS Traking

Published with Blogger-droid v1.6.8

27 Februari 2011

Trip To PLTU 3 Babel 2x30 MW

PLTU 3 Babel dimulai pendiriannya pada tanggal 28 April 2009, dengan pemancangan tiang pertama yang dihadiri oeh pejabat-pejabat baik dari Pemerintah Provinsi Kep. bangka Belitung, juga di hadiri oleh Pejabat dari PT. PLN persero,
Perjalanan ini sudah lama saya lakukan, tepatnya tanggal 19 Desember 2010, baru kali ini saja sempat untuk menuliskannya, dengan berbekal memori yang masih tersisa dan tentu saja kumpulan foto yang saya jepret sepanjang perjalanan. Jadi keadaan yang ada di tulisan ini keadaan yang menunjukan saat itu, semoga kondisi jalan yang akan saya ceritakan kemudian sudah berubah lebih baik lagi.
Dari Pangkalpinang, saya menuju ke arah utara, sekitar 6 km kita akan memasuki desa Baturusa. Dua Jembatan yang melintasi sungai yang sama, tegak berdiri membentang sungai yang bermuara pada Pantai Pasir Padi, jarak antara kedua jembatan ini sekitar 3 km.
Jalan masuk proyek PLTU berada di depan Polsek Merawang, dengan sebuah tempat peribadatan dengan warna merah mencolok sebagai pintu masuknya.
Suguhan pertama begitu anda memasuki jalan ini adalah lobang besar yang menganga di depan sebuah lokasi pembuatan batako, tak jauh dari tempat peribadatan di pintu masuk. Jalan berlubang dan menganga lebar tak berhenti sampai di sini saja, sekitar 1 km ke depan, anda akan disuguhi jalan yang akan membuat mobil atau motor anda terguncang-guncang dengan hebat. Kendaraan sejenis sedan sangat tidak disarankan melewati jalan ini.
Si Tibu motor saya pun tak kalah terguncang-guncangnya ketika melewati jalan ini. Ada view menarik di rute ini, semacam danau yang berasal dari bekas galian tambang timah tempo dulu.
Jalan aspal yang mulus hanya bisa saya jumpai di perkampungan, begitu perkampungan warga habis, habis pula jalan aspal mulus, digantikan kembali dengan jalan aspal yang penuh lubang.

Sampai di suatu pertigaan, ada petunjuk untuk berbelok ke kanan yang menunjukkan bahwa lokasi PLTU masih 7,7 km. Koordinat pertigaan ini adalah -2.016862,106.144152 (2.016862 LS dan 106.144152 BT).
Dari pertigaan ini, jika mengambil jalan yang sebelah kiri kita akan sampai di objek Wisata bahari Pantai Air Anyir, sebuah objek wisata dengan pantai yang sangat landai, dengan ombak yang tenang, tipikal pantai-pantai yang ada di Pulau Bangka.
Dari sini kita mengarah ke Selatan, menyusuri jalan yang sebelas dua belas dengan jalan yang saya lewati sebelumnya. Menyusuri kebun-kebun warga sekitar, yang ditanami tanaman karet, tak jarang pula hanya semak belukar. Di ujung kebun ini ternyata masih terdapat perumahan warga, mungkin yang terakhir sebelum sampai lokasi proyek.
Sampai ke perumahan warga terakhir inilah, maka berakhir pula jalan yang berasal, dari sini kita hanya akan menemui jalan tanah yang untungnya sudah diperkeras. Di situ pula terdapat petunjuk jalan lagi yang menyebutkan bahwa saya masih 4,2 km lagi untuk menuju PLTU 3 Babel
Dari titik ini, saya hanya menemui jalan gravel, yang saat saya lewati begitu becek karena baru saja diguyur hujan.
Koordinat penanda ujung kampung ini adalah -2.047827,106.149473 (2.047827 LS dan106.149473 BT)

di ujung jalan ini kita akan menemukan petunjuk jarak berikutnya, dan ternyata PLTU masih 3 km lagi, wah udah dekat nih,..










Dari petunjuk jalan ini, saya melewati hamparan semak belukar yang tak nampak satu pun pohon yang tinggi, hanya berupa semak belukar setinggi kurang dari tinggi manusia dewasa, kecuali itu rupanya ada satu rumah warga yang berada tak jauh dari lokasi penanda terakhir ini, kok berani ya bikin rumah tanpa tetangga, benar-benar jauh dari mana-mana.

Setelah melewati hamparan semak belukar yang lumayan panjang, dengan gravel roadnya, saya segera sampai di pertigaan terakhir menuju lokasi proyek PLTU 3 Babel.

Tampak di foto, tiang-tiang penyangga trafo telah berdiri, begitu juga tiang-tiang listrik yang akan menyalurkan energi listrik yang sangat diharapkan warga Bangka. (klik gambar untuk mencari tahu lokasinya)
Lokasi proyek PLTU adalah jalan yang sebelah kiri. Saya tidak dapat mendapatkan gambar lebih lanjut, karena di lokasi tersebut ada gambar kamera dicoret, alias no taking picture.
Tak mau rugi, saya akhirnya menyambangi lokasi Jembatan Baturusa 3. Sebuah jembatan baja kokoh yang melintasi Sungai Baturusa yang sebelumnya sudah ada dua jembatan yang melintasinya (dari cerita awal ini)
Berikut foto-fotonya (klik gambar untuk memperoleh detail lokasinya). Di sini juga saya akhirnya mendapat foto PLTU 3 babel yang masih dalam proses pengerjaan, walaupun dari jauh :)



Jembatan ini masih belum jelas menembus kemana di kota Pangkalpinang, karena di seberang jembatan masih berupa hutan yang belum dibuka. Saya hanya bisa meraba-raba saja mencari tahu citra satelit lewat maps.google.com
Karena hari telah sore, saya pun kembali ke Pangkalpinang. Ingin saya menyambanginya lagi, kalau jalan sudah mulus perjalanan akan lebih bisa dinikmati.