07 Februari 2013

Trip to Tanjung Ru, Bakit - Bangka Barat


Sabtu yang lalu, 2 Februari 2013, saya dan teman saya Hakim jalan jaln mengisi waktu libur. Tujuan kami kali ini adalah Tanjung Ru, Desa Bakit Bangka Barat. Sebelumnya saya sudah pernah ke sini bahkan sampai menyebrang ke Pelabuhan Tanjung Gudang di Belinyu.

Jalan  utama menuju Muntok, mulus
Perjalanan melewati jalan utama menuju Muntok merupakan jalan yang di idam-idamkan para pengendara. Jalan yang lebar dan mulus terhampar berkilo-kilo meter. Setelah mencapai Kelurahan Kelapa, kami beristirahat membeli minum dan cemilan.

Kantor Kelurahan Kelapa
Dua tiga belokan ke kanan kami menemukan jalan menuju Rukam yang dapat tembus ke Parit Tiga, tanpa harus melalui Jebus. Di belokan ini yang biasa disebut orang Simpang Air Bulin.


Jalan menuju Rukam boleh dibilang masih jelek, penuh lubang di sana-sini. tetapi ada satu titik berupa jalan mulus, melewati hutan kecil, rindang, berkelok-kelok, uenak tenan kalo riding lewat sini pas sepi.

a wonderful twisted road
Desa Rukam termasuk dalam wilayah Kecamatan Jebus, salah satu kecamatan di Kabupaten Bangka Barat.

Penanda Desa Rukam
Selepas Desa Rukam, ada satu spot jalan lurus yang lumayan rusak, bopeng-bopeng di sana sini, dan juga berdebu, sangat tidak enak lewat sini, terutama karena saat itu kami melewatinya saat terik matahari tepat di atas kepala.


Kalo dilihat terhampar pohon sawit yang tampaknya masih belum berbuah sepanjang mata memandang. Jika anda melewati jalur ini, anda tidak perlu ke Desa Jebus dulu, tetapi langsung menuju Parittiga lewat desa Limbung, Ranggi Asam dan Air Kuang


I have no idea, kenapa nama desanya harus diberi garis miring

Perempatan/simpang Parittiga
Kecamatan Jebus dan Parittiga merupakan kecamatan produsen timah yang cukup besar di Pulau Bangka. Dua kecamatan ini, walaupun jauh dari pusat pemerintah baik propinsi maupun kabupaten, tetapi cukup ramai, geliat mekonomi masyarakat cukup terlihat di sini. Banyak rumah penduduk yang berdiri dengan megah, tanda kemakmuran daerah ini. Daerah ini merupakan perkampungan orang-orang tionghoa yang menjadi buruh-buruh timah di masa penjajahan Belanda.

Harga-harga barang di Jebus dan Parittiga terbilang cukup mahal, tetapi karena daya beli masyarakatnya tinggi, tetap saja banyak orang yang mencari makan dan berusaha di sana.

dari Koran Bangka Pos

sumber gambar
Di Jebus, Penjajah Belanda mendirikan semacam distrik untuk mengontrol daerah Jebus dan sekitarnya.

sumber gambar

Menuju Bakit, kami membelok ke kanan dari Parittiga lewat Desa Sekar Biru, yang dalam bahasa Jawa berarti Bunga yang berwarna biru. Perjalanan ke Bakit kami temui banyak sekali penambangan timah yang luas di kanan-kiri jalan, kondisi jalan cukup mulus, dengan beberapa spot jalan yang berlubang karena aspalnya tergerus, dan juga timbunan pasir yang mengumpul di pinggir jalan yang biasanya terkumpul oleh arus air hujan. Di beberapa tempat terdapat belokan-belokan tajam dengan semak yang tinggi, cukup menyulitkan saat harus menikung, karena blindspot.

mulus, jalan menuju desa Kapit
Jarak antara Parittiga dengan Bakit sekitar 20 km. Melewati Desa Kapit.


Di Desa Kapit, ada satu jalan tembus yang dibangun oleh TNI dengan Program Bhakti Karyanya. Dari Desa Kapit menuju  Desa Cupat. Jalannya masih berupa tanah puru, yang sangat licin saat basah.


salah satu titik di Jalan Karya Bhakti TNI
sedikit rasa narsism
salah satu korban licinnya jalan ini
Dari Desa Kapit, langsung bisa temui Desa Bakit yang menjadi akhir perjalanan kami waktu itu.

Simpang tiga Desa Bakit
Dari simpang tiga ini, jika lurus akan menuju Tanjung Ru, yang berhadapan dengan Dermaga Tanjung Gudang di Belinyu. Jalan ke kanan menuju pusat Desa Bakit, di mana terdapat sebuah makam yang dikeramatkan.

Pintu masuk makam keramat
Makam H.Hatama Rasyid, salah seorang penyebar Islam di Bangka
Tak jauh dari makam ini, terdapat pantai sempit yang tersembunyi, tetapi indah bukan main.

the big rocks and the harbour
sepertinya belum banyak yang berkunjung ke sini
Terdapat dua buah batu raksasa yang berimpitan, sebelumnya saya kira hanya sebongkah batu, ternyata ada sela sempit di antaranya.

two big rocks
Ketinggian air laut pernah meninggalkan tanda pada batu besar ini.

batas air laut
Ada juga pohon yang tumbuh di atas batu. Saya mengira ini merupakan beberapa pohon yang ramai-ramai tumbuh di atas sebuah batu besar. seperti halnya dua batu di atas yang mulai ditumbuhi tanaman perintis.

trees on the rock
Demikianlah ride report, alias laporan perjalanan saya ke Desa Bakit Kec. Parittiga Kab. Bangka Barat. Mohon maaf telah lama tidak meng-update blog ini.

2 komentar:

  1. nice trip, mas!
    Nusantarider juga ya?saya lihat stikernya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks masbro,
      itu foto temen saya, kalo saya ADVrider :p
      sama aja sih sebenernya :)

      Hapus