22 Oktober 2008

Terima Kasih Guruku

Pagiku cerah
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku di pundak

Selamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasku menantikan kami

Guruku sayang Guruku tercinta
apa jadinya aku
tak bisa baca tulis
mengerti banyak hal
guruku terima kasihku

nyatanya diriku kadang buatmu marah
namun segera maaf kau berikan

Guruku sayang Guruku tercinta
apa jadinya aku
tak bisa baca tulis
mengerti banyak hal
guruku terima kasihku

__________________________________

Mendengar lagu ini saya jadi ingat guru-guru saya. Guru masa kecil saya, Guru yang mengajarkan kata-kata pertama yang bisa saya baca, Guru yang pertama kali mengetas hafalan surat-surat pendek Al-Qur'an.

Saya pernah menulis beberapa waktu yang lalu tentang guru saya.

Nggak masalah kan klo saya me-repost?
monggo dinikmati


Kepergian Sang Guru
Ali Imron, sebuah nama yang terpatri dalam ingatan dan hati saya. Beliau merupakan salah seorang guru pertama saya. Tempat pertama saya belajar tentang Islam, tempat saya belajar tentang siroh para nabi, tempat saya belajar tentang ilmu-ilmu aqidah, bahasa Arab dan ilmu-ilmu dasar keislaman yang lain.

Baru tadi pagi saya dengar kabar kepergian beliau dari telepon ibu.Sedih rasanya,... ketika sebelum merantau saya sempat bertekad berusaha sekuat tenaga unuk menghadiri saat-saat terakhir beliau, sekedar memberi penghormatan terakhir, sekedar menunjukkan bakti seorang murid pada gurunya.

Sebagai seorang imam masjid kampung kami, beliau lah yang merintis pendirian madrasah di samping masjid. Beliau juga yang secara langsung mengelolanya. Beliau turun tangan mendidik anak muridnya.

Dengan langkah kakinya yang santai beliau melangkahkan kakinya ke madrasah setiap hari Senin sampai hari Kamis, hari belajar madrasah kami.

Saya teringat saat peringatan tujuhbelasan beliau mengajari kami sebuah lagu, lagu yang beliau ciptakan sendiri.



madrasah al ikhlas tempat perguruan kita madrasah al ikhlas pendidikan kita dari sana memancarkan ilmu agama islam menerangi kalbu kita



Sepenggal lagu yang masih saya ingat sampai sekarang. Sayang hanya sepenggal itulah yang membekas dalam ingatan.

Sholat lima waktu di masjid hampir tidak pernah beliau tinggalkan. Di siang hari yang terik ataupun malam gelap yang dingin, ketika orang lain lebih memilih sholat di rumah daripada pergi ke masjid. Beliau lah yang menghidupkan masjid kami.

Kadang saat bertemu di masjid beliau menyapa saya, sekedar menanyakan kabar kuliah saya, sekedar bertanya kapan mulai penempatan, karena saat itu saya masih sering terlihat di rumah padahal lulus sudah lama.

Tapi sekarang beliau telah pergi meninggalkan kami semua, meninggalkan berjuta kenangan saat-saat belajar, saat-saat meramaikan masjid di malam bulan ramadhan.

Ya Allah, kami sungguh merasa kehilangan salah seorang hamba-Mu yang terbaik, yang tulus ikhlas mengabdikan diri pada-Mu, yang tanpa pamrih menghadirkan suasana ilmu di kampung kami.

Ya Allah, lapangkan lah kuburnya, berilah beliau ampunan-Mu atas segala dosa dan kesalahan yang telah beliau perbuat. Kumpulkanlah beliau dalam barisan orang-orang shaleh, yang semoga kami juga ikut berada di dalamnya.

Teriring do'a untukmu Pak Ali, semoga Allah melimpahkan barakah-Nya pada engkau. Semoga kami dapat meneruskan semangatmu memakmurkan rumah Allah dan menularkan ilmu yang bermanfaat, sebagaimana engkau bersemangat memakmurkan masjid, sebagaimana engkau tulus mendidik kami saat masih belajar dulu.

Engkau selamanya tetap jadi guru ku. Kelak akan kuceritakan tentang kisahmu pada anak-anakku, bahwa engkaulah yang turut andil dalam memberikan warna dalam hidup bapak mereka, yang menyadarkan dan mengingatkan untuk selalu memakmurkan masjid.

Selamat jalan Pak Ali, selamat jalan ustadz,.... Maafkan muridmu yang tidak bisa hadir di saat-saat terakhirmu....


Sumber: telepon ibu tadi pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar