14 April 2012

Railways, sebuah film tentang dedikasi dan cita-cita


RAILWAYS  bercerita tentang Hajime Tsutsui yang bekerja dalam jabatan yang lumayan tinggi untuk sebuah perusahaan listrik tetapi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk mengurus ibunya. Di sana ia mulai bekerja sebagai masinis kereta komuter.

Perusahaan tempatnya bekerja mengalami kesulitan akibat krisis global yang mempengaruhi pelanggan-pelanggannya di Amerika yang memaksa perusahaan menutup salah satu pabriknya. Dia sempat membicarakannya dengan teman sejawatnya yang seorang mandor pabrik, mengenai penutupan tersebut.



Akhirnya dia sendiri yang mengundurkan diri karena harus mengurus ibunya yang sakit. Saat kembali ke rumah masa kecilnya dia banyak bicara dengan putrinya, tentang kenangan-kenangannya saat kecil. Bahwa ibunya selalu menyimpan tiket kereta komuter yang melintasi kota nya, Ichibata Electric Railways di Perfektur (semacam provinsi di Jepang) Shimane. 



Saat kecil Tsutsui bercita-cita menjadi masinis kereta komuter lokal yang selalu melintas melewati depan rumahnya, saat itu kereta yang digunakan adalah jenis Dehani 50. Ibunya berkata akan selalu melambaikan tangannya jika dia bertugas dan melewati rumahnya.

Dehani 50
Suatu ketika dia membawa potongan iklan pembukaan lowongan pekerjaan sebagai masinis dan menunjukkannya pada putrinya. Dan dia memantapkan diri mendaftar. Tsutsui sempat membuat penasaran panitia penerimaan, apa benar seorang petinggi perusahaan di Tokyo melamar kerja sebagai masinis di usia yang tidak lagi muda?.


Bersama seorang pemuda mantan pemain baseball yang mengakhiri karirnya karena cedera tangan dia menjalani masa training sebagai masinis dan akhirnya dipasangkan saat sudah resmi berdinas.



Kereta Dehani 50 series yang dulu dilihatnya masih terawat dengan baik, pintunya terbuat dari kayu dan tidak memiliki mekanisme membuka otomastis seperti layaknya kereta modern yang sering membuat orang kagok saat menunggu pintu keretanya membuka sendiri padahal itu pintu manual.

Kereta komuter yang dijalankan Tsutsui hanya terdiri dari dua rangkaian. Mesinnya terdapat di masing-masing kereta (gerbong menurut istilah sehari-hari), seperti kereta Kaligung Ekspress yang melayani rute Tegal-Semarang dan Prameks yang berjalan mondar-mandir Solo-Jogja. Bedanya jalur kereta yang dijalankannya hanya memutari kota saja, sejauh 8,3 km.





Setiap hari dia melewati rumah sakit tempat ibunya dirawat. Ibunya tidak dapat melihatnya karena tidak bisa bangun dari tempat tidur, sampai suatu saat sudah agak membaik dia akhirnya dapat melihat Tsutsui menjalankan kereta melintasi rumah sakit.

kereta yang di gunakan di Ichibata electric Railways



Sebagai seorang masinis, Tsutsui sangat menikmati pekerjaannya. Dia sering menunggu penunmpang yang berlarian mengejar keretanya. Hal ini menyebabkan dia sering ditegur pengawas karena sering terlambat dari jadwal semestinya. Dia juga mengembalikan barang milik penumpangnya yang secara tak sengaja tertinggal di bangku kereta, bahkan mengambilkan barang-barang penumpang yang berhamburan sampai jatuh ke bawah kereta.


Dedikasinya juga sangat tinggi, saat dikabari keadaan ibunya memburuk oleh putrinya, dia bersikeras menyelesaikan shift terlebih dulu. Bahkan rekan kerjanya sampai memaksanya menggantikan agar dia tepat waktu sampai rumah sakit.


Ada yang berpendapat bahwa film ini merupakan propaganda besar untuk memberikan publik Jepang kepastian bahwa semuanya berjalan baik-baik saja seperti biasa dan kehidupan berjalan sesuai rencana. Setidaknya sejauh yang saya tahu, kondisi angkutan umum di Jepang sangat diperhatikan Pemerintah. Orang lebih senang menggunakan angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Ketepatan waktu sangat diperhatikan, pelayanan sangat diutamakan.


Pendapat yang lain berkata,
There is no "wow" ending; it is almost predictable. Highly recommended for railway buffs. For lovers of drama, this movie is a great example of putting human emotions onto film. Every character changes. For those averse to subtitles, this film does them well. I detected one tiny and insignificant error. If you've enjoyed Japanese films in the past, well, this one is different.
Film ini pernah ditayangkan di Celestial movies di saluran televisi berbayar Indovision.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar