10 Mei 2012

Solo Night-Touring (3rd stage)

Touring malam berikutnya agak berjarak dengan kedua touring malam sebelumnya, tepatnya tanggal (7 Mei 2012). Selepas kerja hari senin itu, saya segera melajukan Jalibang ke arah Sungailiat. Saya bertekad melanjutkan meretas jalan di Kabupaten Bangka ini, dan planning saya start di Pemali dan berakhir di Puding Besar.

Saya memulainya di Desa Riding Panjang yang di posting sebelumnya say melewatinya selepas isya. Kali ini saya melewatinya saat matahari masih bersinar redup. Ternyata jalanan menjadi tidak seseram kalau malam, terutama di dua spot di stage sebelumnya.

Saya Sholat Maghrib di desa Air Duren Pemali, di masjid di samping Gedung Serba Guna. Selepas sholat saya menyiapkan diri touring malam sebenarnya, karena rute ini lumayan lebih panjang dari kedua rute sebelumnya dan saya tidak familier dengan rute ini. Dulu saya pernah melewatinya bersama si Tibu, tapi saat siang hari, dan saya sudah lupa sama sekali rute tersebut apalagi sekarang malam hari.





Rute ini dimulai ke arah jalan masuk objek wisata Air Panas Pemali. Serangga kecil di sini jauh lebih banyak daripada di perkebunan sawit. Rupanya ada danau bekas tambang timah yang berada di samping kanan-kiri jalan. Mungkin berpengaruh ya, karena air bisa menjadi tempat berkembang biak serangga-serangga itu.

Sampai Objek Wisata Pemali jalanan sepi sampai menjelang Desa Penyamun. Di desa ini ada pertigaan, saya agak bingung, sejenak saya berbelok ke kanan, tapi feeling saya mengatakan seharusnya belok kiri, oke kita cek di GPS dulu, oke rupanya benar, harusnya belok kiri.

Jalan ini benar-benar sepi, beberapa saat hanya saya sendiri yang ada di jalan sampai menjelang dese berikutnya. Di sini (saya tidak tahu nama desanya) saya beriringan dengan tiga pengendara motor lainnya yang lumayan menemani, walaupun tanpa kesepakatan, iring-iringan kami berjalan stabil. beberapa kali kami menemui jalanan rusak terutama menjelang jembatan. bahkan di beberapa tempat jembatan tersebut benar-benar hancur jalannya, sehingga memaksa kami berjalan sangat pelan dan memilih jalan seraya menjaga motor agar tidak tergelincir oleh kerikil lepas di jalan rusak tersebut.

Iring-iringan sepeda motor kami memantapkan hati saya melewati jalanan antah berantah ini. Celakanya rupanya mereka tidak sehati dengan saya sampai di desa berikutnya mereka tiba di tempat tujuan. Sambil memantapkan hati saya pun tetap meneruskan perjalanan.

Jalanan didominasi perkebunan sawit yang belum terlalu besar, ada juga saya temui beberapa kali kebun pisang, yang perkebunan pisang, bukan deretan pisang yang tumbuh liar di rumah-rumah penduduk, tetapi kebun pisang yang dibudidayakan. Kata orang sih di rumpun pisang itulah mbak kunti sering menampakkan wujud klasiknya, seorang perempuan berjubah putih berambut panjang. bulu kuduk saya meremang, saya tidak tahu sampai kapan jalan ini berakhir.

Gelap, jalan sempit dan rusak, sendirian di hutan sawit dan hutan betulan, juga kebun pisang tadi, menambah suasanya makin mencekam, tapi saya lanjut terus. Mau balik lagi juga tidak mungkin. Sialnya saya beberapa kali mengalami mati mesin sesaat yang disebabkan kurangnya pasokan bahan bakar karena throtle saya lepas, yang menyebabkan  suasana benar-benar gelap gulita karena saya hanya mengandalkan lampu yang terrelay dari putaran mesin, lain hal kalau sumber daya lampu motor saya langsung ke akki motor. Ini terjadi justru di jalan rusak di jembatan seperti yang saya sebut di atas. Sudah rusak gelap gulita lagi, benar-benar petualangan yang mendebarkan.

Rute ini, kalau siang saja sepi, apalagi malam hari. Pengendara biasanya memilih jalan Puding Besar - Sempan untuk mencapai Sungailiat daripada melewati jalan ini. Jalan ini sempit dibanding jalan Puding besar - Sempan, juga lebih rusak, lebih sedikit perkampungan, dan jauh lebih banyak kebun-kebun sawit dan jalanan lengang.

Ada spot yang cukup menarik di rute ini. Adanya sebuah jembatan besi yang tampaknya berumur sangat tua, yang bisa dilihat dari kusamnya besi-besi penyangganya, juga sempitnya jembatan. Mobil harus satu-persatu jika ingin melewati jembatan ini. klau tidak salah lewatknya di desa setelah desa Penyamun, sebelum iring-iringan sepeda motor yang saya ceritakan di atas. Saat melewatinya jalanan agak ramai, bahkan beberapa mobil antri melewatinya.

Beberapa saat sebelum menemui jalan Pangkalpinang - Mentok saya sempat beriringan dengan seorang pengendara Satria FU yang juga sedang sendirian riding. Alhamdulillah, lagi-lagi saya mendapat teman perjalanan di jalan yang sepi ini. Saya menjaga jarak di belakangnya, takut dia ketakutan saya buntuti, saya juga akan merasa takut jika ada motor yang membuntuti saya apalagi di hutan begini. Saya menjumpai pengendara ini selepas Desa Mangka di Kec. Bakam. Tak jauh dari sana jalan utama urat nadi perekonomian Bangka terpampang lebar dan tampak baru marka jalannya.

Akhirnya rute touring saya berakhir setelah saya berhenti sejenak untuk sholat isya, karena adzan baru berkumandang di masjid di tikungan Puding Besar yang menuju ke arah Sempan.


Berikut link rutenya, http://g.co/maps/vf3pk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar