21 Mei 2011

Menyentuh Angka Tertinggi

Tadi Pagi (21/05/2011/), saya mengisi bahan bakar untuk si Tibu, motor saya. Lumayan terkejut melihat panel pada dispenser Pertamax SPBU Jl. Ahmad Yani Pangkalpinang yang menunjukkan angka Rp.9850. Ini adalah rekor harga pertamax di Bangka yang pernah saya tebus. Tren kenaikan harga pertamax sudah dimulai beberapa bulan lalu, seiring dengan naiknya harga minyak dunia.

Semenjak Pertamax tersedia di Pulau Bangka (di SPBU Bandara, pertama kali tersedia pertamax), saya sudah mengikhtiarkan motor saya untuk meminum bahan bakar tak bersubsidi itu. Berapapun harganya.

Motor saya mempunyai kompresi yang tinggi plus ber-injeksi, yang seharusnya memang menenggak bahan bakar ber-oktan di atas 90. Efek dari meminum ramuan khusus berharga mahal, motor saya tidak kalah dengan tarikan motor-motor keluaran baru. Motor saya tetap enteng, dan siap di ajak touring keliling Pulau Bangka kapan saja.

Keuntungan lainnya adalah motor mudah sekali di starter di pagi hari, dengan bejekan ringan di tuas kick-starter, si Tibu sudah menggerum pelan. Bahkan saat ditinggal mudik seminggu lebih tanpa dipanasi, engkol sedikit, motor langsung bangun dan sudah tidak sabar untuk diajak jalan :D. Tiap pagi saya sengaja tidak menggunakan electric-starter (sesuai petunjuk buku pedoman pemilik kendaraan bermotor) agar accu alias aki lebih awet. Bagi motor ber-injeksi aki bersifat sangat krusial, saya pernah mengalaminya, saat aki tekor jalannya mesin jadi ndut-ndutan. Di antara jalannya mesin, ada saat-saat di mana mesin mati dalam waktu sesaat, mungkin karena pasokan bahan bakar dari ruang pembakaran terganggu ketidaktersedianya aliran listrik yang mengontrol kerja injeksi.

Ada keuntungan lain saat memanjakan motor dengan pertamax. Konsumsi bahan bakar lebih irit. Saya sangat merasakannya. Dulu, sebelum pertamax ada di Pulau Bangka saya biasa mengisi bensin seminggu sekali, setelah dijampi-jampi pertamax, saya hanya mengisinya dua minggu sekali, sesuai siklus harga baru pertama. Pertamax harganya fluktuatif setiap dua minggu sekali tepatnya di tanggal 1 dan tanggal 15 setiap bulannya, pertamina selaku produsen pertamax mengevaluasi harga sesuai harga pasar.

Jadi memang uang yang saya keluarkan saat membeli pertamax lebih banyak, tapi jatuh-jatuhnya total pengeluaran tiap bulan untuk bahan bakar sama saja jika saya mengisi bensin. tapi saya punya kenutungan mesin motor lebih enak dikendarai, mesin lebih  awet, dan asap buangan lebih ramah lingkungan.

Satu alasan lagi, saya tidak ingin memperberat beban pemerintah (klise sekali :)). Cukuplah beban pemerintah berkurang satu, karena saya setia memakai pertamax untuk motor saya. Semoga makin banyak masyarakat yang masuk golongan mampu, yang beralih ke pertamax. Saya mencontohkan, pengendara mobil bisa menghabiskan 20 liter perminggu, sedangkan pengendara motor paling banter 5 liter. Jika tiap liter bensin dsubsidi sebesar Rp.1000, maka jelas terlihat, pemilik mobil menikmati subsidi jauh lebih besar dari pemilik motor. Padahal, biasanya orang yang sudah mampu membeli mobil keadaan ekonominya lebih baik orang yang hanya mampu membeli motor.

Ada satu cara yang bisa ditempuh untuk menyiasati mahalnya pertamax. Mengoplos. Walaupun ujung-ujungnya tetap membeli bensin premium, tapi setidaknya beban subsidi yang ditanggung pemerintah sedikit berkurang. Apa yang dioplos? Premium dengan pertamax plus. sehingga dapat diperoleh nilai oktan yang sebanding dengan pertamax.

Seperti diketahui bersama nilai oktan (RON) Pertamax Plus adalah sebesar 95, sedangkan premium hanya sebesar 88, dan Pertamax 92. Pencampuran ini tidak menimbulkan masalah pada mesin, karena oil base dari produk Pertamina sama.

Bisa saja mencampur Bensin ... gak jadi masalah ... dan Nilai Oktan yang akan diperoleh bergantung kepada berapa liter masing-masing bbm itu dicampur, misalnya :

1. X liter BBM1 dengan nilai RON1
2. Y liter BBM2 dengan nilai RON2

RON Campuran = (X * RON1 + Y*RON2)/(X+Y)

Contoh untuk Kapasitas Tangki 40 Liter

PREMIUM (RON88)..........PERTAMAX PLUS (RON95)..........RON Campuran
......10 Liter..........................30 Liter..............................................93.25........
......15 Liter..........................25 Liter .............................................92.38........
......20 Liter..........................20 Liter .............................................91.50........
......25 Liter .........................15 Liter .............................................90.63........
......30 Liter .........................10 Liter .............................................89.75........


Dari perbandingan di atas jika perbandingan Pertamax Plus dengan Premium 1:1 maka akan diperoleh nilai oktan 91,5, hampir sama dengan Pertamax dengan harga yang lebih murah (ya iyalah, lah wong ada komponen subsidi di dalamnya kok :D)

Kenapa lebih murah? Saya simulasikan harga Pertamax Plus Rp.9550 harga Jakarta per 15/05/2011, dan Pertamax Rp.9250 sedang Premium Rp.4500.
Tangki mobil 40 liter
Pertamax Plus 20 Liter x Rp.9550 = Rp.191.000
Premium ........20 Liter x Rp.4500 = Rp.  90.000
Total ........................................... = Rp.281.000

Jika membeli Pertamax 40 liter .... = Rp.9250 x 40 = Rp.370.000

Terlihat bedanya bukan?

Saya punya ide gila, turunkan saja nilai oktan premium, dijamin mobil-mobil keluaran baru, yang berarti pemiliknya sudah meningkat kemampuan ekonominya, otomatis beralih ke Pertamax. Karena mobil keluaran baru nilai kompresi mesinnya tinggi, bakalan mogok (atau setidaknya mesinnya mbrebet ngelitik) kalo nenggak bahan bakar dengan oktan yang sangat rendah.

Ah... namanya saja ide gila :D



Demikian.
sumber
~ariftrio~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar