06 Mei 2011

Refleksi Enam Tahunan (1)

Tulisan ini saya buat dalam rangka napak tilas perjalanan saya enam tahun silam. Saya akan membaginya dalam beberapa bagian tulisan, karena keterbatasan kapasitas aplikasi pada ponsel saya.

-------------------------------------------------------------
Hari ini, tanggal enam mei enam tahun yang lalu, adalah hari jumat, seperti hari ini.
Hari di mana untuk pertama kalinya saya pergi ke pulau seberang, juga untuk pertama kalinya memasuki airport sekaligus terbang dengan pesawat udara.
Hari di mana saya harus bertugas terpisah jauh dari orangtua. Mencoba peruntungan di tanah seberang.
Jujur saya menangis pada malam keberangkatan saya. Saya merasa bakal sangat merindukan saat-saat santai di rumah, bermain bersama Yanko teman kecil saya yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar, juga saat-saat berkumpul dengan orangtua saya, dengan adik-adik, saat-saat berkeliling keluar masuk kampung, naik turun gunung dengann sepeda motor, serta kenangan-kenangan lain di kampung halaman.
Tetapi kewajiban harus ditunaikan, dan panggilan tugas harus dilaksanakan. Saya juga telah teken kontrak bersedia ditempatkan di seluruh wilayah dimana bendera merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan.
SK penempatan membawa saya ke kota ini, kota pusat pemerintahan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. SK penempatan yang membuat teman-teman kuliah saya bertebaran ke seluruh penjuru Indonesia. Mencoba menikmati keberagaman adat istiadat dari suku-suku yang berbeda, mencoba menikmati perjalanan yang harus ditempuh dengan empat-lima kali berganti moda transportasi yang berbeda.
Inilah kami yang mau tidak mau harus berangkat, walaupun nama kota penempatannya baru pertama kali didengar, walaupun untuk sekedar mencari tau di mana lokasinya harus membuka peta Indonesia dan melebarkan mata untuk mencarinya halaman demi halaman.
Kami menikmatinya, saya menikmatinya.
Kami tetap saling berhubungan, menceritakan daerah penempatannya, membagi foto-foto petualangannya, dan berbagi kisah suka duka di baliknya.
Tak terasa sudah enam tahun berlalu dari hari itu.
Saya, yang tidak tahu apa-apa tentang kota ini, menjejakkan kaki juga di tanah ini.
Ada ritual konyol yang saya lakukan saat itu. Saat sudah di rumah dinas, saya menyebar segenggam tanah yang saya ambil dari depan rumah di kampung halaman, kata ibu saya 'biar betah'.
Entah akibat dari ritual kala itu atau apa, yang jelas takdir saya telah ditentukan oleh tuhan, untuk tetap berada di kota ini sampai sekarang, padahal sebagian besar teman-teman sudah pernah beringsut dari tempatnya semula.

(bersambung.........)
Published with Blogger-droid v1.6.8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar