Di malam ahad, jalan-jalan di Pangkal Pinang, terutama jalan-jalan protokol, berubah menjadi arena pasar malam, ramai sekali.
Orang-orang tua membawa anak-anaknya jalan-jalan, remaja-remaja berkumpul bersama teman-teman mereka, bujang-bujang lokal, seperti saya, sekedar keliling kota melepas kesuntukan setelah seminggu bekerja dan tidak ada siapa-siapa untuk diajak kemana-mana.
Jalan serasa semakin sesak dengan ulah beberapa remaja yang mengandarai motornya seenaknya sendiri. Sruntulan kanan kiri, tidak menyalakan lampu, mengganti bola lampu belakang dengan warna terang, instead of warna merah sesuai aturan. Berbelok tanpa memberi tanda, mengerem mendadak, menggunakan knalpot, yang katanya racing, yang memekakkan telinga.
Di tempat-tempat perbelanjaan, dan di titik-titik tertentu lainnya, tampak parkir mobil tampak semrawut. Seakan-akan jalanan di Pangkal Pinang sudah tidak cukup menampung perkembangan jumlah kendaraan roda empat. Di beberapa tempat tampak juga pemilik-pemilik mobil tidak memarkir kendaraannya dengan benar, bertumpuk dengan sepeda motor yang terparkir sebelumnya.
Saya lebih memilih mendekam di rumah dinas, dan menonton film daripada harus keluar saat malam ahad. Saya memilih untuk tidak memperbesar resiko saya kenapa-kenapa di jalan walaupun kenapa-kenapa-nya saya tidak tergantung keluar tidaknya saya di malam itu.
Cukuplah saya "menikmati" bisingnya lalu lalang kendaraan di depan rumah dari peraduan saya. Cukuplah saya mendengar teriakan-teriakan anak-anak muda saat teman-temannya melintas. Cukuplah saya tertawa kecil di dalam hati saat mereka dengan terburu-buru melarikan sepeda motornya karena mendengar sirine mobil patroli Polisi berkeliling.
Celakanya, malam ahad saja tidak cukup untuk mereka bersenang-senang, dan melakukan kegiatan sia-sia sehingga masih "harus" bersenang-senang kembali di tengah-tengah weekdays, malam Kamis.
No Offense
Just Share
~ariftrio~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar