Perjalanan ke Tempilang saya lakoni hari Sabtu (9 Juni 2012) yang lalu. Di bawah cuaca gerimis sepanjang perjalanan, sepertinya hujan merata di seluruh pulau, saya memakai perlengkapan lengkap dengan jas hujan yang selalu bisa saya andalkan untuk menolak air hujan merembes ke dalam pakaian.
Karena perjalanan Pangkalpinang ke Puding Besar sudah pernah dibuat petanya, maka saya memulainya dari Puding Besar. Puding Besar sampai ke Tempilang jalan sudah mulus, jauh berbeda saat saya pertama kali lewat jalan ini. Dulu perjalanan terasa sangat lama karena jalan sempit dan rusak di sana-sini. Sekarang Puding Besar sampai Tempilang kurang dari satu jam saja.
Di dominasi kebun sawit, perjalanan lumayan ramai, dengan sedikit lubang di sepanjang jalan, mungkin karena truk sawit yang kelebihan beban sehingga menggerus aspal.
Berikut peta perjalanan saya dari Puding Besar sampai Ke Tanjung Niur, http://goo.gl/maps/ZCa7, kenapa sampai Tanjung Niur, saya pikir sekalian saja menghabiskan aspal sampai mana, dari pada harus bolak-balik ke sini setelah tahu bahwa setelah kota Tempilang masih ada satu tempat lagi di ujung aspal sana.
Sedikit review kota Tempilang, kota ini semakin ramai saja dibanding awal-awal saya ke sini. Kota Tempilang merupakan kota kecamatan yang cukup tua keberadaannya. Di sana ada perkebunan dan sekaligus pengolahan sawit, juga kota dengan banyak sekali gedung-gedung walet. Bahkan sudah terdapat minimarket di sana (dulu belum ada).
Melly mart, Tempilang - Bangka Barat |
Dari Tempilang, saya menuju ke Kota Kelapa, satu kota kecamatan yang cukup ramai karena menjadi tempat transit bagi pelancong dari Pangkal Pinang menuju Muntok dan sebaliknya.
Jalan dari Sangku (pertigaan menuju Tempilang/pintu gerbangnya tempilang) jalan mulus, tak banyak lubang dan lumayan ramai.
Berikut link perjalanannya, http://goo.gl/maps/MOJv.
Dari Kelapa, saya meuju Kayu Arang, saya pernah kemari, saat ada tugas penghapusan NPWP salah satu SD yang berdomisili di sini, jadi saya penasaran menuju kemana Kayu Arang ini. Ternyata di Desa Kayu Arang terdapat dermaga yang cukup besar yang sudah ditinggalkan. Sisa-sisa kekokohan bangunan masih terlihat dari tiang-tiang yang masih tersisa, juga besarnya jembatan penghubung yang telah tumbang dimakan usia. Menurut cerita seseorang yang saya temui di sana, dulu dermaga ini dermaga untuk menurunkan barang-barang yang didatangkan dari Palembang.
Secara garis besar, di jalan-jalan yang saya lalui di pelosok Bangka Barat ini, jalanan di dominasi kebun sawit. Ekspansi perusahaan sawit di sini memang luar biasa, dan saya jarang melihat ada lokasi penambangan TI (Timah Inkonvensional) sepanjang jalan.
jembatan penghubung |
Letak jembatan ini ada di ujung perjalanan saya ini, http://goo.gl/maps/MGa6.
Perjalanan saya ke Sungai Selan saya lakukan malam harinya, benar-benar hari yang melelahkan. Dari sana saya menambahkan rute Sungai Selan - Lampur dan Simpang Katis - Sungai Selan. Tak banyak yang dapat diceritakan karena jalanan yang gelap dan konsentrasi pada jalan saya tidak melihat pemandangan sepanjang jalan.
Peta lengkap yang telah saya tambahkan menjadi seperti ini.
Link peta lengkap adalah berikut, http://goo.gl/maps/nRTW. Buka dengan Google Earth lebih mudah dilihat dan dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar